logo Kompas.id
EkonomiDistribusi Bantuan Dibenahi
Iklan

Distribusi Bantuan Dibenahi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan mengevaluasi penerima bantuan mesin pembuatan pakan ikan untuk program pakan mandiri. Persoalan yang membelit program bantuan mesin pakan kemungkinan disebabkan kemampuan sumber daya manusia penerima bantuan yang belum optimal.Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengemukakan, tidak semua kelompok penerima bantuan mesin pembuatan pakan ikan memiliki kemampuan optimal. "Tidak semua kelompok penerima bantuan memiliki kemampuan yang optimal untuk membentuk formulasi pakan, mengoperasikan, dan pemeliharaan alat. Selain itu, ada kendala kontinuitas bahan baku," kata Slamet dalam konferensi pers, Rabu (17/5), di Jakarta. Slamet menyatakan hal itu menyikapi indikasi program bantuan mesin pakan tidak efektif. Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memperketat seleksi penerima bantuan mesin pakan mandiri. Bantuan akan difokuskan pada koperasi yang telah memiliki divisi produksi, divisi pemenuhan bahan baku, divisi pemasaran, dan divisi pemeliharaan mesin. Pendampingan dan pelatihan akan diberikan agar koperasi membuat formulasi pakan yang memenuhi standar. Pakan mandiri harus mampu memenuhi kebutuhan budidaya skala usaha kecil hingga besar."Produk pakan mandiri yang dibuat koperasi pembudidaya ikan harus teregistrasi dan tetap memenuhi standar nasional Indonesia. Kami akan membebaskan biaya registrasi pakan untuk koperasi penerima bantuan mesin pakan," katanya.Sementara itu, kendala kontinuitas bahan baku dapat diatasi dengan membeli bahan baku dari balai-balai perikanan budidaya di sejumlah wilayah. Limbah lokal, seperti limbah kelapa sawit dan kopra, juga bisa dimanfaatkan.Slamet menambahkan, pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi untuk pelet ikan tenggelam senilai Rp 6.000 per kilogram, sedangkan pelet terapung Rp 7.000 per kilogram.Pada akhir Mei 2017, pemerintah menggulirkan 103 paket bantuan bioflok dengan total bantuan Rp 14,4 miliar. Bioflok adalah budidaya lele padat tebar dengan memanfaatkan kumpulan plankton pada permukaan kolam untuk makanan. Kepadatan tebar benih bisa mencapai 600 ekor per meter persegi.Budidaya leleProgram bioflok diharapkan meningkatkan efisiensi pakan dan produktivitas lele, khususnya pada lahan yang relatif sempit. Produksi ikan lele dari bioflok pada tahun ini ditargetkan mencapai 1.452 ton dalam setahun dengan nilai produksi Rp 21,78 miliar."Sasaran pasarnya adalah santri-santri di pondok pesantren di Jawa, perbatasan Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Program ini diharapkan meningkatkan konsumsi lele," katanya.Menurut Slamet, penerima bantuan bioflok disyaratkan merupakan koperasi yang belum pernah dapat bantuan pemerintah sebelumnya, serta bukan pemerintah, aparatur negara, penyuluh, dan TNI.Ketua Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Imza Hermawan mengemukakan, program bioflok memerlukan penerapan teknologi. Namun, belum semua pembudidaya konsisten dengan teknologi sehingga butuh pendampingan. Di samping itu, dibutuhkan akses pemasaran untuk pembudidaya pemula. "Ke depan, pakan mandiri diharapkan dapat menyuplai kebutuhan pakan untuk bioflok lele," kata Slamet. Tahun 2017, total produksi lele ditargetkan sebanyak 1,3 juta ton. Hingga triwulan I-2017, produksi lele sudah mencapai 225.000 ton. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000