Strategi Bisnis Belum Memasukkan Investasi Teknologi Informasi
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan Indonesia dianggap masih belum terlalu memasukkan teknologi informasi komunikasi sebagai bagian rencana investasi jangka panjang. Mereka umumnya memandang jenis investasi seperti itu membutuhkan alokasi dana cukup besar, boros, dan memerlukan eksekusi yang rumit.
Country Manager International Data Corporation (IDC) Indonesia—perusahaan konsultan dan riset di bidang teknologi informasi komunikasi (TIK)—Sudev Bangah mengatakan, rata-rata transformasi TIK yang dilakukan perusahaan Indonesia masih tahap permulaan.
”Kami beberapa kali melakukan survei dengan sejumlah korporasi di Asia Pasifik, seperti di Indonesia. Kendala terbesar terletak di manajemen. Kolaborasi di antara divisi dalam isu pemanfaatan TIK masih belum kuat. Rata-rata mereka sudah rutin menganggarkan perangkat keras, tetapi belum di perangkat lunak,” ujar Sudev di sela-sela seminar Cloud Day yang diselenggarakan Telkomsigma, Kamis (18/5), di Jakarta.
Dia mencontohkan kasus penggunaan penyimpanan data berbasis komputasi awan atau cloud. Dilema yang rata-rata dialami perusahaan Indonesia ialah memilih public cloud atau private cloud. Padahal, kedua fasilitas teknologi penyimpanan data tersebut memiliki kelebihan masing-masing.
”Bagi Anda pelaku UKM, pemanfaatan cloud perlu mempertimbangkan kebutuhan, kemudahan pembayaran, dan akses. Sementara bagi perusahaan korporasi, pemanfaatan seharusnya cukup melihat alokasi belanja modal dan jenis data yang bisa disimpan di public atau private cloud,” tutur Sudev.
Di sejumlah negara, fase penggunaan cloud sudah masuk integrasi. Artinya, pengguna telah memanfaatkan public dan private cloud secara bersamaan. IDC memperkirakan, perusahaan di Asia Pasifik yang mempergunakan dua jenis cloud itu akan memperoleh kenaikan pendapatan 1,4 persen dan kecepatan memutuskan strategi bisnis naik 56 persen.