logo Kompas.id
EkonomiProspek Ekonomi Terjaga Baik
Iklan

Prospek Ekonomi Terjaga Baik

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Prospek perekonomian Indonesia terjaga baik dan akan terus ditopang oleh pertumbuhan ekonomi global yang tumbuh positif. Namun, tetap ada risiko yang perlu diwaspadai, seperti inflasi, nilai tukar rupiah, likuiditas, dan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat.Hal itu mengemuka dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) di Jakarta, Kamis (18/5). RDG BI mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,75 persen dengan suku bunga deposit facility tetap 4 persen dan lending facility 5,5 persen.Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, ekonomi Indonesia akan terus tumbuh sesuai dengan proyeksi BI, 5-5,4 persen, tahun ini. Pertumbuhan ekonomi itu ditopang pertumbuhan ekonomi global yang pada tahun ini diperkirakan 3,5 persen.Pertumbuhan ekonomi dunia ditopang oleh pertumbuhan ekonomi AS, China, Eropa, dan Jepang. Perekonomian China tumbuh lebih baik karena peningkatan investasi swasta dan perbaikan ekspor. "Di Eropa, pertumbuhan ekonomi ditopang peningkatan kinerja manufaktur, perbaikan konsumsi, dan menurunnya situasi geopolitik setelah pemilihan Presiden Perancis. Adapun di Jepang, permintaan domestik dan ekspornya semakin membaik," kata Agus.Pertumbuhan ekonomi AS juga semakin baik karena konsumsi dan investasi meningkat, serta ketersediaan lapangan kerja semakin terbuka lebar. Kendati begitu, kebijakan fiskal dan perdagangan, kenaikan suku bunga Bank Sentra AS (The Fed), serta penurunan besaran neraca bank sentral AS berpotensi menimbulkan risiko.The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga pada Juni. Pada tahap selanjutnya, ada kemungkinan bank The Fed mempercepat kenaikan suku bunga yang semula pada Desember menjadi September tahun ini."Di sisi lain, pada Mei hingga Juli nanti, BI melihat ada potensi kenaikan inflasi, baik dari barang yang mudah bergejolak maupun dari komponen barang yang diatur pemerintah. Untuk itulah BI tetap mengedepankan posisi kebijakan yang netral dan berhati-hati," kata Agus.BI, kata Agus, juga terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamen ekonomi nasional. Nilai tukar rupiah terus menguat karena masuknya aliran dana asing ke dalam negeri. Sampai 12 Mei, dana asing yang masuk ke Indonesia Rp 105 triliun, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 65 triliun.Ekspor dan konsumsiDeputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, ekspor dan konsumsi rumah tangga akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Indeks komoditas ekspor pada tahun ini diperkirakan naik 15 persen karena ditopang pertumbuhan permintaan dan membaiknya harga komoditas.Adapun konsumsi rumah tangga yang berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 60 persen diperkirakan meningkat dari 4,9 persen menjadi 5 persen pada tahun ini. "Ekspor akan semakin meningkatkan konsumsi dan mendorong investasi nonbangunan," ujar Perry.Dari sisi stabilitas sistem keuangan, RDG BI menilai industri perbankan dan pasar keuangan terjaga baik. Kendati begitu, BI tetap akan mencermati potensi pengetatan likuiditas karena peningkatan kredit, konsumsi selama Ramadhan dan Lebaran, serta kenaikan Fed Fund Rate (FFR).BI juga mencermati transmisi suku bunga kredit karena ada kenaikan setelah selama ini turun setelah pelonggaran kebijakan moneter BI. "Tadinya suku bunga kredit sudah turun 93 poin pada Maret lalu. Pada April ini suku bunga kredit turun 91 poin," kata Perry.Sementara itu, ekonom Bahana Sekuritas, Fakhrul Fulvian, mengatakan, perbaikan ekonomi global yang masih berlanjut dan harga komoditas dunia yang merangkak naik akan menjadi penopang perekonomian nasional, khususnya neraca perdagangan. Sejak awal tahun hingga April, neraca perdagangan masih mencatat surplus sehingga berdampak positif bagi transaksi berjalan.Penurunan defisit transaksi berjalan yang cukup signifikan pada triwulan I-2017 memberi sinyal positif bagi transaksi berjalan pada akhir tahun ini. Bahana Sekuritas mengoreksi perkiraan defisit transaksi berjalan pada akhir tahun ini dari 2,1 persen (dari PDB) menjadi 1,6 persen."Ke depan, perdagangan global akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu terus didorong dan transmisi pelonggaran moneter ke sektor riil perlu dioptimalkan," katanya. (HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000