logo Kompas.id
EkonomiRumah Singgah Akan Mendukung...
Iklan

Rumah Singgah Akan Mendukung Pariwisata

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pariwisata akan menyediakan 20.000 rumah singgah di sejumlah destinasi wisata tahun ini. Jumlah rumah singgah ditargetkan akan menjadi 100.000 pada 2019 sehingga Indonesia menjadi negara dengan homestay terbanyak.Namun, realisasi program ini memerlukan kerja sama dan dukungan dari semua pihak yang akan tergabung dalam inkorporasi Indonesia. "Rumah singgah menjadi salah satu dari tiga program utama Kementerian Pariwisata. Yang lain adalah pariwisata digital dan konektivitas udara. Jika ketiga program ini berjalan baik, setidaknya 90 persen dari target pariwisata kita akan tercapai," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata II 2017 di Jakarta, Kamis (18/5).Pengembangan rumah singgah tidak akan sulit karena bisa dibuat dari kamar atau rumah yang sudah ada kemudian disewakan. Pemasaran rumah singgah bisa dilakukan dengan pemasaran digital sehingga bisa menjangkau pasar internasional. "Bisa dipasarkan seperti Airbnb yang sekarang sudah menjadi jaringan hotel terluas dan termurah di dunia," kata Arief.Walaupun tidak sulit, dukungan dari banyak pihak juga diperlukan. Contohnya akses yang membutuhkan dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kementerian Badan Usaha Milik Negara bisa mendukung untuk pembinaan dan permodalan atau Real Estat Indonesia bisa mendukung dalam pembangunan rumah murah.Kemenpar akan berperan sebagai fasilitator dengan empat mekanisme, yakni konversi, renovasi, revitalisasi, dan bangun baru. Rumah singgah diharapkan mendorong lahirnya peluang bisnis jasa yang baru, seperti penyewaan kendaraan, jasa kuliner, jasa parkir, jasa pemandu wisata, jasa binatu, atau cendera mata khas.Rumah singgah tidak hanya menjadi akomodasi, tetapi juga sebagai atraksi wisata yang memiliki daya tarik budaya sekaligus memungkinkan turis berinteraksi dengan penduduk setempat. Rumah singgah dapat dijadikan tempat tinggal yang sehat, bersih, dan aman bagi masyarakat sekaligus wisatawan dengan pengelolaan standar internasional.Nilai tambahPengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, mengatakan, rumah singgah mempunyai nilai tambah karena tarifnya lebih bersahabat dan wisatawan bisa merasa tinggal seperti di rumah sendiri. "Pembangunan rumah singgah merupakan model bisnis yang baru yang bisa menyaingi bisnis yang sudah berjalan baik. Model ini akan merebut pasar karena lebih sederhana, murah, dan cepat," kata Rhenald.Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, pihaknya mendukung program rumah singgah. Bahkan, Kementerian BUMN sudah membuat 20 balai ekonomi desa di Taman Wisata Candi Borobudur. Namun, tidak semua desa bisa dijadikan balai ekonomi desa karena tergantung dari kesiapan desa dan warganya masing-masing. Hingga 2019, ditargetkan akan ada 100 balai ekonomi desa yang punya rumah singgah. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia Soelaeman Soemawinata mengatakan, pihaknya juga mendukung pariwisata dan akan terus berusaha ikut dalam membangun rumah rakyat. "Tahun ini kami akan membangun 200.000 rumah rakyat. Kami akan dukung pariwisata Indonesia agar menjadi yang terbaik di dunia," katanya. (ARN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000