logo Kompas.id
EkonomiNasabah Perlu Produk Keuangan ...
Iklan

Nasabah Perlu Produk Keuangan yang Beragam

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Dana repatriasi yang masuk ke Indonesia melalui program pengampunan pajak perlu ditampung dalam berbagai produk keuangan. Instrumen itu penting karena kenaikan peringkat utang menjadi layak investasi berpotensi menambah masuknya modal asing."Para nasabah tidak ingin lagi produk tradisional, mereka memerlukan berbagai pilihan produk juga layanan," kata Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja di Jakarta, Senin (22/5), ketika meluncurkan layanan baru private banking. Dana repatriasi harus ditempatkan di Indonesia selama tiga tahun dan dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan jangka panjang, seperti mendanai pembangunan infrastruktur. Direktur OCBC NISP Johannes Husin mengatakan, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat pesat dan membuka kesempatan besar. Dana yang dimiliki kelompok masyarakat ini dapat dikelola dengan baik dan dapat berkontribusi untuk pembangunan negara. Group CEO OCBC Bank Samuel Tsien mengatakan, banyak pemilik bisnis, baik dari usaha kecil, menengah, maupun besar yang menjadi nasabah potensial. OCBC NISP akan bekerja sama dengan perusahaan asuransi Great Eastern Holdings, pengelola dana Lion Global Investor Service, dan sekuritas OCBC Securities dalam menyediakan berbagai produk untuk nasabahnya. Pasar modal dan pasar surat utang Indonesia semakin menarik setelah mendapatkan peringkat layak investasi dari pemeringkat Standard and Poor\'s. Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melaju hingga 1 persen dan menyentuh level 5.800-an. Akan tetapi, aksi ambil untung investor lokal membuat IHSG ditutup melemah 0,73 persen atau 42 poin menjadi 5.749. Investor asing masih terus memasukkan dananya.Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardhana, merevisi perkiraan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dari 8,17 persen menjadi 7,6 persen pada akhir tahun nanti. "Bahkan dalam jangka pendek kami memperkirakan arus dana asing pada pasar surat utang membantu imbal hasil turun menjadi 6,74 persen dalam jangka pendek karena premi risiko yang lebih baik dan credit default swap yang lebih rendah," ujar Wisnu dalam risetnya.Lebih menarikDeputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara di Badung, Bali, mengatakan, investasi di Indonesia kini lebih menarik di antara negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Dengan status layak investasi, jumlah investor, terutama di pasar modal dan sektor infrastruktur akan semakin banyak.Investor Jepang biasanya menunggu status layak investasi untuk masuk. Selama ini mereka masih menunggu karena peringkat Indonesia masih BB+ atau belum layak investasi. "Kita tunggu saja investor dari Jepang masuk ke Indonesia karena biasanya kalau peringkatnya belum layak investasi, Jepang tidak mau masuk," katanya.Menurut Mirza, investor Jepang akan masuk ke pasar modal, termasuk juga obligasi. Selama ini, investor Jepang masuk di Samurai Bond yang diterbitkan pemerintah dan ke depan bisa masuk ke pasar obligasi rupiah.(JOe/HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000