logo Kompas.id
EkonomiKorporasi dan Infrastruktur...
Iklan

Korporasi dan Infrastruktur Jadi Penopang Tahun Ini

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia optimistis pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini bisa mencapai 11-12 persen. Pertumbuhan kredit itu akan ditopang korporasi, infrastruktur, dan konsumsi rumah tangga.Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Riyanto di sela- sela acara buka puasa bersama media di Jakarta, Senin (29/5), mengatakan, pertumbuhan kredit pada Mei 2017 mencapai 9,8 persen dalam setahun. Angka tersebut meningkat dari April 2017 yang sebesar 9,4 persen. Erwin optimistis pertumbuhan kredit hingga semester I-2017 bisa lebih dari 10 persen. Hal itu tidak terlepas dari pertumbuhan kredit valuta asing (valas). Kredit valas tumbuh positif setelah harga komoditas mulai membaik."Korporasi juga mulai membaik dan kredit infrastruktur meningkat. Ke depan, setelah pemerintah menggulirkan dana ke masyarakat sektor konsumsi rumah tangga, akan mendorong pertumbuhan kredit meskipun masih lambat," ujarnya. BI mencatat, konsolidasi sektor korporasi masih terus terjadi. Meski demikian, konsolidasi tersebut dalam bentuk efisiensi dan pelunasan utang-utang belum tahap ekspansi.Erwin juga menyampaikan, pertumbuhan kredit itu dibarengi dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pada Mei 2017, pertumbuhan DPK sebesar 10 persen sehingga diyakini dapat menjaga kondisi likuiditas perbankan. Likuiditas perbankan saat ini cukup untuk perekonomian. Salah satu indikator yang terlihat adalah perannya di pasar uang, khususnya pasar uang antar-bank (PUAB) masih kuat."Suku bunga PUAB masih termasuk normal, yaitu antara 4,25-4,3 persen. Kalau suku bunganya 6-7 persen, sementara BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen, itu baru dibilang likuiditasnya ketat," katanya.Dari sisi rasio pinjaman terhadap pendanaan (LFR), lanjut Erwin, rata-rata LFR industri perbankan nasional masih sekitar 90 persen. Saat ini, masih banyak bank nasional yang memiliki LFR di bawah angka tersebut sehingga likuiditasnya masih tercukupi. Hal itu dinilai lumrah karena kondisi perbankan masih dalam tahap konsolidasi. Stabilitas Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengemukakan, BI masih terus mencermati kondisi perekonomian dan stabilitas keuangan global. Hal itu sangat diperlukan untuk mengambil kebijakan dalam menjaga stabilitas perekonomian dan finansial nasional.Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan China, akan terus berpengaruh terhadap kondisi perekonomian global. Perekonomian AS tumbuh baik, tetapi kebijakan finansial dan perdagangannya belum jelas arahnya. "Ekonomi China diproyeksikan tumbuh rata-rata 6,5 persen saja, tidak akan sampai 10 persen, seperti beberapa tahun lalu. Kendati pertumbuhannya tidak setinggi waktu itu, China tetap penting dan cukup menarik bagi perekonomian global dan nasional," katanya. Agus berharap pemerintah dapat meningkatkan investasi untuk menopang pertumbuhan ekonomi. (HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000