logo Kompas.id
EkonomiDampak Belum Signifikan
Iklan

Dampak Belum Signifikan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan peringkat dari lembaga pemeringkat Standard and Poor\'s belum terlalu berdampak pada penurunan biaya pinjaman atas penerbitan obligasi korporasi. Diperkirakan dampaknya baru terasa signifikan pada semester kedua mendatang."Setelah kenaikan peringkat oleh S&P ada penurunan imbal hasil obligasi korporasi dan pemerintah, tetapi tidak terlalu dalam karena selama ini investor sudah menganggap Indonesia masuk ke kelompok layak investasi sejak 2011-2012," kata Direktur Indonesia Bond Pricing Agency Wahyu Trenggono di Jakarta, Kamis (1/6).Kenaikan peringkat mengindikasikan penurunan risiko sehingga imbal hasil obligasi menurun. Sementara, harga obligasi akan naik. Penurunan risiko juga membuat kupon obligasi menurun sehingga biaya ketika emisi obligasi pun menurun.Wahyu menjelaskan, data kurva imbal hasil sepekan terakhir menunjukkan, rata-rata penurunan hanya 5-6 basis poin untuk semua kelompok peringkat. Penurunan tertinggi terjadi pada obligasi berperingkat AA yang rata-rata turun 7-8 basis poin. Obligasi pemerintah hanya turun 5-6 basis poin. Analis pasar surat utang MNC Securities, I Made Adi Saputra, menuturkan, ada penurunan imbal hasil obligasi korporasi di pasar sekunder seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang negara. "Namun, karena penurunan imbal hasil obligasi korporasi tidak sebesar penurunan surat utang negara, yang terjadi di pasar adalah kenaikan selisih preminya," kata Made.Presiden Direktur Bahana Sekuritas Feb Sumandar memperkirakan, dampak baru terasa pada semester II-2017. "Penerbitan obligasi tahun ini merupakan rencana sejak tahun lalu. Dari proses pemesanan, terlihat suku bunga turun antara lain karena faktor kenaikan peringkat S&P. Namun, faktor lain banyak, seperti pertumbuhan ekonomi kita yang bagus," kata Feb.Penurunan kupon bunga obligasi juga diharapkan oleh penerbit obligasi. "Kami berharap ada penurunan bunga, tetapi harus bersaing juga dengan penerbit obligasi lain karena saat ini banyak yang menerbitkan obligasi," Direktur Utama Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) Suwandi Wiratno. CSUL menerbitkan obligasi sebesar Rp 500 miliar dengan dua seri. Seri A bertenor 370 hari dengan kisaran kupon bunga 9,25-10 persen dan seri B bertenor tiga tahun dengan kisaran kupon bunga 10-10,75 persen. Belakangan, banyak korporasi yang mengeluarkan obligasi. Selain CSUL, PT Permodalan Nasional Madani (Persero) juga menerbitkan obligasi berkelanjutan II sebesar Rp 4 triliun. Penerbitan tahap I pada 2017 ditawarkan sebesar Rp 1,5 triliun dalam dua seri. Seri A berdurasi tiga tahun dengan kisaran kupon 8,75-9,05 persen. Sementara seri B berdurasi lima tahun dengan kisaran kupon 9-9,75 persen. Menurut Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Parman Nataatmadja, emisi obligasi ini akan digunakan untuk modal kerja.Samurai bondPemerintah menerbitkan surat berharga negara (SBN) berdenominasi yen Jepang atau samurai bond senilai 100 miliar yen. Dalam keterangan resmi pada laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, penerbitan obligasi ini dilakukan dalam tiga seri.Seri pertama, seri RIJPY0620 bertenor tiga tahun 40 miliar yen dengan kupon 0,65 persen. Kedua, seri RIJPY0622 bertenor lima tahun sebesar 50 miliar yen dengan kupon 0,89 persen. Adapun seri RIJPY0624 bertenor tujuh tahun sebesar 10 miliar yen dengan kupon 1,04 persen. Pemeringkat Fitch memberikan perkiraan peringkat BBB- atas obligasi ini. (JOE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000