logo Kompas.id
EkonomiIntegrasi Sistem Tol...
Iklan

Integrasi Sistem Tol Dilanjutkan

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Integrasi sistem jalan tol di Jabodetabek akan terus dilakukan sejalan dengan penggunaan transaksi nontunai. Setelah integrasi Tol Jakarta-Tangerang yang kemudian disusul integrasi Tol Jagorawi bulan ini, integrasi akan diteruskan ke Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta."Integrasi tol ada tahapannya. Sampai Oktober nanti, setidaknya integrasi tol dilakukan di Jabodetabek. Pada 2018, diutamakan tol di perkotaan. Nanti 2019 baru ke multilane free flow. Namun, mudah-mudahan pada 2018 semua tol sudah terintegrasi," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Senin (6/5), di Jakarta.Integrasi sistem transaksi pembayaran tol dimulai tahun lalu yang dilakukan untuk jalan tol luar kota, yakni dari Cikampek sampai Palimanan dan Jakarta-Bandung. Beberapa gerbang tol (GT) yang berada di jalan tol pun dihilangkan sehingga pengendara tidak perlu berhenti berkali-kali untuk membayar tol.Untuk ruas tol di Jabodetabek, integrasi sistem transaksi pembayaran tol dilakukan pada April lalu di ruas Jakarta-Tangerang hingga Merak, Banten. Ditandai dengan tidak difungsikannya GT Karang Tengah, kendaraan pun melakukan transaksi cukup di pintu keluar atau masuk. Sistem tarif berubah menjadi terbuka, dari berdasarkan jarak yang ditempuh menjadi tarif merata untuk semua jarak.Pada pertengahan bulan ini, integrasi akan dilakukan di ruas Tol Jagorawi yang ditandai tidak difungsikannya GT Cibubur Utama dan GT Cimanggis Utama. Sama dengan ruas Jakarta-Tangerang, pada ruas Jagorawi akan diterapkan sistem terbuka.Menurut Basuki, integrasi tol sejalan dengan rencana pemerintah untuk menerapkan transaksi nontunai di jalan tol yang akan berlaku penuh pada Oktober mendatang. "Dengan nontunai, pembayaran akan lebih akurat dan lebih cepat karena hanya butuh 2-3 detik. Kalau manual, sampai 8 detik. Integrasi sudah dijadwalkan," kata Basuki. Secara terpisah, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan, selain integrasi Tol Jagorawi, pemerintah juga berencana mengintegrasikan ruas Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) dengan Tol Bandara Prof Sedyatmo."Untuk JORR, saat ini masih ada GT di tengah jalan yang menghambat pengendara. Hambatan ini yang mau kami hilangkan, entah nanti dengan sistem tertutup atau terbuka. Kalau sistem tertutup, pengendara masih perlu dua kali berhenti. Memang yang cocok adalah sistem terbuka," kata Herry.Menurut Herry, saat ini terdapat dua GT yang berada di tengah jalan dan mengharuskan kendaraan untuk berhenti, yakni GT Karang Tengah yang memisahkan Tol Lingkar Luar Jakarta dengan Tol Bandara dan GT Meruya Utama yang memisahkan JORR W1 dengan JORR W2.Integrasi Tol Lingkar Luar tersebut dibagi beberapa tahap. Tahap pertama adalah penghilangan GT Kayu Besar. Saat ini, semua kendaraan dari arah bandara yang hendak menuju Tol Lingkar Luar harus berhenti dua kali, yakni di GT Kamal untuk membayar Tol Bandara dan berhenti di GT Kayu Besar untuk membayar Tol JORR W1. Di GT Kayu Besar, kendaraan dari Pantai Indah Kapuk (PIK) dan Pluit juga harus berhenti untuk bertransaksi. Akibatnya, antrean kendaraan pun sering terjadi.Penambahan gerbangMenurut Herry, pengendara dari arah bandara yang masuk ke Tol JORR seharusnya cukup berhenti sekali. Dengan demikian, perlu ada integrasi sistem pembayaran antara JORR W1 dengan Tol Prof Sedyatmo. Sementara perlu ada penambahan GT dari arah PIK ataupun Pluit."Kalau GT itu dibangun, GT Kayu Besar bisa dihilangkan. Untuk menghilangkan GT Meruya Utama diperlukan kesepakatan dari badan usaha jalan tol yang mengelola di sana," kata Herry.Terkait dengan tarif, perlu penyesuaian karena kemungkinan sistem yang diterapkan adalah sistem terbuka. Terlebih jika kemudian ruas tol tersebut diintegrasikan dengan tol Akses Tanjung Priok yang hingga saat ini masih menunggu peraturan presiden sebagai payung hukum penugasan pengelolaan kepada PT Hutama Karya (Persero). Diharapkan, integrasi tersebut dapat berjalan tahun ini. "Yang butuh waktu itu membangun gerbang tolnya," ujar Herry.Secara terpisah, pengajar dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, mengatakan, perlu sosialisasi yang lebih gencar dengan melibatkan pemerintah daerah. Hal itu terutama terkait dengan penyesuaian tarif sehingga dari tarif berdasarkan jarak menjadi merata untuk semua jarak. Pengelola tol pun harus meningkatkan pelayanan. "Integrasi tol akan membuat tol lebih lancar. Hal ini menarik orang untuk lewat. Bisa jadi di dalam tol lancar, tetapi di pintu keluarnya malah macet. Maka, perlu penambahan gardu tol sebagai antisipasi," kata Yayat. (NAD)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000