logo Kompas.id
EkonomiModel Bisnis Memengaruhi
Iklan

Model Bisnis Memengaruhi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Upaya membesarkan sistem e-dagang di Indonesia dinilai tidak mudah. Selain membutuhkan kompetensi manajemen usaha, pengusaha yang ingin bermain ke sektor itu perlu memikirkan model bisnis yang tepat dan berkelanjutan.Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta, Jumat (23/6), di Jakarta, mengatakan, e-dagang merupakan keniscayaan. Sejumlah anggota asosiasi menganggap bahwa sistem penjualan barang dalam jaringan akan populer pada tahun-tahun mendatang. Untuk konteks Indonesia, beberapa pengusaha ritel berskala besar telah membuka lini bisnis e-dagang, misalnya Mitra Adi Perkasa (MAP) dengan mapemall.com dan Matahari Department Store dengan mataharimall.com. Sementara peritel berskala kecil menengah belum banyak terjun atau membuka sendiri lini bisnis e-dagang. Ada kecenderungan mereka bergabung dengan penyedia laman pemasaran karena alasan modal dan kompetensi. "Kondisi di Indonesia sekarang adalah peritel luring masih mencari bentuk dan model bisnis yang pas untuk menjalankan bisnis e-dagang yang berkelanjutan. Apalagi, struktur masyarakat masih didominasi penyuka belanja luring. Situasi industrinya berbeda dengan di negara maju, seperti China atau Amerika Serikat yang sudah mapan," ujar Tutum. CEO Bhinneka.com Hendrik Tio mengemukakan hal senada. Bisnis penjualan secara luring di Indonesia masih dan akan tetap memiliki pasar. Karena itu, dia akan membuka lima toko cabang fisik baru sampai akhir tahun 2017. Bhinneka berdiri tahun 1999. Selama perjalanan bisnisnya sampai sekarang, masyarakat lebih banyak mengenal perusahaan ini sebagai toko daring dan luring yang menjual peralatan komputer serta gawai. Total toko fisik mencapai lima unit menyebar di DKI Jakarta dan Surabaya. Model bisnisPada saat bersamaan, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (pengelola gerai Alfamart) melakukan restrukturisasi organisasi dan model bisnis PT Sumber Trijaya Lestari (Alfacart), anak usaha yang bergerak di bisnis e-dagang. Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Hans Prawira dalam keterangan pers menegaskan, pihaknya tidak menutup operasional Alfacart, tetapi diubah dari laman pemasaran menjadi ritel daring yang menjual barang kebutuhan sehari-hari supaya langsung menunjang bisnis utama induk. Pada Februari 2012, Sumber Alfaria Trijaya mendirikan departemen baru Alfaonline. Pada Mei 2016, Sumber Alfaria Trijaya mengumumkan anak usaha bernama Alfacart. Media daring seputar teknologi, Techcrunch, menyebut Indonesia sebagai salah satu pasar e-dagang terbesar dan tercepat di Asia Tenggara sehingga menarik bagi investor. Pada 2016, Alibaba menguasai saham Lazada dengan nilai 1 miliar dollar AS. Kemudian, Mei 2017, perusahaan internet konsumer berkantor pusat di Singapura, Garena, berhasil mengumpulkan dana baru sebesar 550 juta dollar AS. Sebagian dana itu dipakai meningkatkan jangkauan Shopee, laman jual beli barang bekas yang juga beroperasi di Indonesia. Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan Fetnayeti mengatakan, proses Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE) sekarang berada di Sekretariat Negara. RPP TPMSE mulai dibahas tahun 2015. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000