logo Kompas.id
EkonomiIndustri Properti Terkena...
Iklan

Industri Properti Terkena Dampak

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian yang masih belum pulih berdampak pada industri properti. Hal ini terutama dirasakan para pengembang besar produk properti bagi segmen menengah ke atas. Meski demikian, perbaikan diproyeksikan bisa terjadi mulai triwulan III tahun ini."Sekitar 20 pengembang besar mengalami penurunan penjualan. Mereka sudah tercatat di bursa saham dengan produk misalnya rumah dengan harga di atas Rp 1 miliar," kata pengamat properti dari Panangian School of Property, Panangian Simanungkalit, Senin (26/6), di Jakarta.Panangian mengatakan, pada dasarnya pelambatan ekonomi dunia yang berdampak pada ekonomi Indonesia memengaruhi industri properti. Pelambatan itu terjadi di semua segmen pada 2015 dan berlanjut pada 2016. Sementara secara siklus tahunan, biasanya triwulan I dan II, penjualan properti khususnya rumah masih landai karena masyarakat mengutamakan kebutuhan lain, seperti biaya pendidikan. Ketika penjualan rumah untuk segmen menengah ke bawah dengan harga di bawah Rp 500 juta membaik di akhir 2016, penjualan properti untuk menengah ke atas dengan harga di atas Rp 1 miliar tetap stagnan.Pembeli rumah menengah ke atas yang merupakan investor masih menunggu adanya perbaikan. Pembeli mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan isu sosial politik di masyarakat. Sementara sejak akhir 2016, kondisi politik Indonesia dinamis, bahkan gaduh.Merusak hargaDi sisi lain, lanjut Panangian, pengembang besar tidak berani menurunkan harga produk menjadi di bawah Rp 1 miliar. Sebab, hal itu sama saja akan merusak harga pasar yang telah mereka ciptakan sendiri ketika properti meledak pada 2013 lalu. Panangian menilai, harga properti waktu itu terlalu tinggi, di atas harga wajar. Kini, pengembang besar hanya menunggu saat yang tepat untuk menjual produk karena diproyeksikan pada triwulan III atau IV, properti akan mulai membaik."Memang ada pengembang besar yang mencuri start dengan promosi besar-besaran. Itu adalah strategi agar nanti ketika perekonomian membaik, investor sudah yakin dengan produk itu," ujar Panangian.Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia Soelaeman Soemawinata mengatakan, sektor properti saat ini berada di titik nadir. Usaha para pengembang sampai saat ini belum menunjukkan hasil."Pengembang sudah kehabisan akal untuk bisa membangkitkan pasar properti. Harapan agar Maret lalu ada perkembangan dari pengampunan pajak, ternyata sampai saat ini belum kelihatan. Pemilik dana tidak melihat properti sebagai tempat untuk menyalurkan uangnya," kata Soelaeman.Praktisi perumahan Eddy Ganefo mengatakan, dalam kondisi seperti ini, pengembang mesti cermat mengatur arus kas. Melepas persediaan properti yang ada dapat menjadi solusi agar arus kas seimbang. "Para pembeli yang merupakan investor atau spekulan saat ini masih melihat dan menunggu. Di sisi lain, masyarakat yang memerlukan rumah atau pengguna akhir masih tertahan oleh daya beli yang lemah," ujar Eddy.Segmen menengah ke bawah, menurut Eddy, merupakan segmen yang menjanjikan karena tren penjualannya membaik. Namun, perbankan sangat hati-hati dalam memberi kredit pemilikan rumah dan kredit konstruksi. (NAD)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000