Transportasi dan Tarif Listrik Penyebab Inflasi Juni

Kompas/Dionisius Reynaldo Triwibowo

Tim Pengendali Inflasi Daerah bersama Tim Satuan Tugas Pangan melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 24 Mei 2017. Saat itu, di Pasar Kahayan, harga bawang merah  mencapai Rp 60.000 per kilogram, lebih tinggi ketimbang harga normalnya, Rp 35.000 per kilogram.

JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen. Inflasi tersebut terjadi karena ada kenaikan harga yang ditunjukkan terutama oleh kenaikan biaya transportasi dan dampak lanjutan kenaikan tarif listrik.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/7/2017), mengatakan, tiga kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan nilai inflasi 1,27 persen; kelompok sandang (0,78 persen); dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, serta bahan bakar (0,75 persen). Ketiga kelompok tersebut masing-masing memberi andil inflasi sebesar 0,23 persen; 0,05 persen; dan 0,18 persen.

”Untuk kelompok bahan makanan terjadi inflasi 0,69 persen dan memberi andil inflasi sebesar 0,14 persen. Kenaikan harga pangan itu tidak terjadi pada daging sapi dan beras, tetapi pada sayur-sayuran, ikan segar, bawang merah, daging ayam ras, dan pepaya,” katanya.

BPS menunjukkan, dari 82 kota yang disurvei Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 79 kota mengalami inflasi dan 3 kota deflasi. Tingkat inflasi tahun kalender sebesar 2,38 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun sebesar 4,37 persen.