logo Kompas.id
EkonomiPengguna Seluler Bertambah 10 ...
Iklan

Pengguna Seluler Bertambah 10 Juta

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dalam kategori tambahan pelanggan seluler bersih tertinggi lebih dari 10 juta orang pada triwulan I-2017. Ini seharusnya dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan pemerataan kualitas jaringan telekomunikasi dan memajukan aplikasi. Vice President, Head of Network Product Unit Ericsson Indonesia dan Timor-Leste Ronni Nurmal, Kamis (6/7), di Jakarta, mengatakan, itu menjadi salah satu sorotan penting dalam Ericsson Mobility Report 2017. India menduduki peringkat pertama tambahan pelanggan seluler bersih sebanyak 43 juta orang, diikuti China dengan 24 juta orang. Ericsson Mobility Report menyurvei perkembangan industri seluler di lebih 100 jaringan Ericsson global. Survei ini rutin dilakukan setiap triwulan. Pada dua riset sebelumnya, Indonesia hanya memperoleh tambahan pelanggan seluler bersih sekitar 5 juta-6 juta orang. Penambahan pelanggan dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi ekonomi makro sehingga daya beli terhadap layanan telekomunikasi meningkat. Faktor lainnya, yaitu gencarnya pemasaran oleh operator. Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, pelanggan Telkomsel mencapai sekitar 173 juta, XL lebih dari 46,5 juta, Indosat Ooredoo 81,6 juta, dan Tri Indonesia 56 juta. Ronni mengemukakan, sebagian besar pengguna baru seluler menggunakan gawai berbasis teknologi long term evolution (LTE). Ini mengikuti tren di kawasan Asia Pasifik meskipun layanan 2G dan 3G akan tetap berkembang. "Sekitar 50 persen dari total pelanggan seluler Indonesia masih mengadopsi teknologi 3G. Sementara pengguna LTE berkisar 10 persen. Kami memperkirakan pemakai 3G turun menjadi 30 persen dan LTE naik menjadi 65 persen pada akhir tahun 2022," ujarnya.Konsumsi data Pengguna baru dan lama semakin besar mengonsumsi data internet. Secara global, rata-rata arus data internet mencapai 2,1 gigabyte (GB) per bulan pada triwulan I-2017. Adapun, rata-rata di Asia Pasifik termasuk Indonesia sebesar 1,8 GB per bulan. Proyeksinya bisa meningkat sampai 12 GB per bulan pada 2022, baik global maupun Asia Pasifik. Kendala yang dialami oleh mayoritas negara Asia Pasifik adalah belum meratanya infrastruktur jaringan telekomunikasi. Akibatnya, layanan seluler berbasis teknologi 2G masih tetap dipakai. Kendala lainnya adalah belum banyak spektrum frekuensi yang disediakan pemerintah sehingga berpengaruh terhadap rencana pembangunan operator. Sebanyak 100 aplikasi teratas di Indonesia didominasi penyedia asing dan hanya 12 persen dari lokal ataupun regional. Sementara alat yang terhubung dengan internet (IoT) masih berkembang di seputar jenis mesin ke mesin (M2M). Director National ICT Strategy and Marketing PT Huawei Tech Investment Mohamad Rosidi yang dihubungi terpisah mengemukakan, pembangunan pita lebar serat optik belum maksimal sampai ke rumah tangga. Pemerintah seharusnya tegas dalam mengarahkan pemerataan pita lebar. "Ekosistem IoT mencakup permintaan konsumen, regulasi, teknologi, dan pelaksana produk. Kami sendiri telah memiliki produk IoT yang menunjang rencana kota cerdas, rumah tangga, dan smart metering. Model bisnisnya tinggal dicari sedangkan akses pita lebar untuk rumah tangga perlu ditingkatkan," katanya. (MED/CAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000