logo Kompas.id
EkonomiUsaha Perikanan Terbuka Lebar
Iklan

Usaha Perikanan Terbuka Lebar

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Beralihnya ratusan kapal eks cantrang untuk menangkap ikan di wilayah timur Indonesia belum diimbangi dengan kesiapan sistem pemasaran. Hingga kini, armada pengangkutan ikan dari wilayah timur ke barat masih minim. Direktur Kapal dan Alat Penangkapan Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Agus Suherman di Jakarta, Jumat (7/7), mengemukakan, bisnis angkutan ikan masih terbuka luas di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 718 meliputi perairan Teluk Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian timur."Sejak perikanan ilegal diberantas, ikan berlimpah. Ini prospek bisnis untuk kegiatan usaha pengangkutan dan pemasaran. Mestinya, industri masuk," katanya.Potensi sumber daya ikan di WPP 718 mencapai 1,9 juta ton. Jumlah kapal angkut ikan yang terdaftar di KKP sebanyak 743 unit, tetapi dinilai belum memadai karena belum menjangkau sentra perikanan di wilayah timur. Sementara akses pasar untuk hasil tangkapan belum optimal, serta terdapat kendala dalam pengepakan ikan yang kerap menurunkan kualitas.Agus mengakui, saat ini kapal eks cantrang dari pantai utara Jawa yang beralih wilayah tangkapan ke WPP 718 lebih dari 600 kapal. Akan tetapi, sistem pemasaran belum optimal. Sebagian kapal ikan yang menangkap di Laut Arafura memilih kembali ke Jawa setelah menangkap ikan untuk kepastian pasar. Wakil Presiden Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan Indonesia Ady Surya mengemukakan, industrialisasi perikanan hulu-hilir tidak terancang dengan baik. Hingga kini, pelaku usaha pengangkutan ikan belum pernah diajak merancang dengan baik untuk logistik ikan. Ketika kapal eks cantrang dialihkan ke wilayah timur, belum terinformasikan basis data terkait jenis ikan yang ditangkap, dan potensi pemanfaatannya. "Belum ada kejelasan infrastruktrur pendukung agar hulu-hilir terkoneksi dengan baik. Jika pelaku kapal eks cantrang hanya disuruh beralih tangkapan, tetapi tanpa dilengkapi rantai pemasaran, hasil sulit terserap," ujarnya.Sebelumnya, nelayan kapal eks cantrang mengeluhkan sulitnya menjual hasil tangkapan ikan. Puluhan ton hasil tangkapan ikan kapal eks cantrang di perairan Timika, Papua Barat, tidak terserap pasar (Kompas, 6/7).Wajib tampungDirektur Jenderal Penguatan Daya Saing KKP Nilanto Perbowo mengemukakan, pemerintah terus memperbaiki dan memperluas sistem rantai dingin agar ikan-ikan hasil tangkapan terserap dengan harga yang sepadan. Pihaknya tengah menjembatani temu bisnis dengan pengusaha kapal eks cantrang dan pelaku industri. Tahun 2017, jumlah gudang pendingin secara nasional akan terus ditambah. Seluruh gudang pendingin diwajibkan untuk menampung dan menerima seluruh ikan dari kapal yang mendaratkan ikan di pelabuhan yang telah ditentukan. Dicontohkan, gudang pendingin di Papua tersebar di Jayapura, Biak Kecil, Sorong, Mimika, Fakfak, dan Merauke."Kapal bisa menitipkan sementara hasil tangkapan di gudang pendingin. Jika sudah terkumpul banyak, maka (ikan) bisa dikirimkan dengan kontainer besar," kata Nilanto. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Rabu, mengemukakan, tol laut akan terus dihidupkan dengan memastikan logistik barang dari wilayah barat ke timur dan sebaliknya. Penempatan kapal-kapal kargo untuk menjangkau Indonesia timur diharapkan mendorong arus lintas barang dan perdagangan, serta menumbuhkan okupansi kapal dari wilayah timur ke barat. Komoditas yang potensial untuk diangkut dari wilayah timur Indonesia antara lain rumput laut dan perikanan.Peluang kerja samaSecara terpisah, Sekretaris Perusahaan Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Agung Pamujo mengemukakan, pihaknya membuka peluang kerja sama dengan kapal-kapal nelayan eks cantrang untuk pemasaran hasil tangkapan ikan dari wilayah timur Indonesia. Saat ini sedang dibangun gudang pendingin di Lamongan berkapasitas 200 ton, Pati sebesar 500 ton, dan Rembang 200 ton yang ditargetkan tuntas Agustus 2017. Gudang pendingin itu nantinya dikelola untuk penyimpanan ikan yang dipasok dari wilayah timur Indonesia untuk dipasarkan ke dalam dan luar negeri. "Pasar tetap di Jawa. Nelayan pantura Jawa yang tangkap ikan di Papua enggak perlu pulang, karena kita beli. (penampungan ikan) lewat kontainer yang diangkut kapal kargo swasta ataupun kapal penampung milik kita," kata Agung.Kerja sama pemasaran telah dilakukan Perindo dengan sekitar 200 nelayan Indramayu yang beralih wilayah tangkapan ke timur Indonesia. Hasil tangkapan nelayan akan diserap oleh Perindo dengan memanfaatkan kapal penampung Perindo ataupun kapal kargo milik swasta untuk pengangkutan ke Jawa. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000