logo Kompas.id
EkonomiModal Hambat Industri Aplikasi...
Iklan

Modal Hambat Industri Aplikasi dan Gim

Oleh
· 3 menit baca

PALEMBANG, KOMPAS — Industri aplikasi dan gim memiliki potensi pasar yang besar. Namun, di Indonesia, industri tersebut lambat berkembang karena terhambat sistem permodalan. Lembaga keuangan konvensional enggan memberikan pinjaman modal karena sebagian besar pemula yang ingin terjun di industri itu tidak memiliki agunan. Pemerintah diminta menciptakan regulasi yang mendukung agar industri ini bisa tumbuh lebih baik. Presiden Asosiasi Game Indonesia Narenda Wicaksono seusai konferensi pers Bekraf Developer Day (BDD) di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (9/7), mengatakan, industri aplikasi dan gim memiliki potensi besar. Pertumbuhan industri gim Indonesia meningkat dua kali lipat setiap tahun dalam tiga tahun terakhir.Data lembaga analisis pasar internet, Newzoo, menunjukkan, penghasilan bisnis gim Indonesia mencapai 321 juta dollar AS pada 2015, lalu meningkat menjadi 600 juta dollar AS pada 2016, dan diprediksi meningkat menjadi 880 juta dollar AS pada 2017 ini. Merujuk data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), produk domestik bruto industri kreatif mencapai Rp 825 triliun pada 2015. Industri aplikasi dan gim berkontribusi 1,77 persen atau senilai Rp 15,07 triliun untuk PDB industri kreatif secara keseluruhan. Kontribusinya berada di urutan ketujuh dari 16 sektor yang berkontribusi terhadap PDB industri kreatif. "Ini merupakan gambaran nyata bahwa industri kreatif seperti ini memiliki potensi pasar yang besar dan bisa menjadi andalan," ujarnya. Ekosistem pendukung Saat ini pemula yang ingin memulai industri aplikasi dan gim hanya bergantung modal dari investor, bantuan sosial swasta, dan bantuan sosial pemerintah. "Kita harus menciptakan ekosistem yang mendukung. Industri ini sangat menjanjikan. Sebagai contoh, ketika booming, gim Angry Birds bisa menghasilkan laba Rp 1 miliar per hari. Sekarang, gim Clash of Clans bisa menghasilkan laba hingga Rp 5 miliar per hari," tuturnya.Deputi Akses Permodalan Bekraf Fajar Utomo mengatakan, pelaku industri kreatif di bidang aplikasi dan gim memang terkendala permodalan. Padahal, untuk memulai industri itu, butuh biaya besar dan waktu pengembangan 6-12 bulan. Jika tidak ada dukungan dana, sulit bagi pemula untuk memulai dan mengembangkan industri tersebut. Bekraf berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membuat lembaga khusus yang bisa mengakomodasi pinjaman modal bagi pemula yang terjun di industri ini. "Sekarang OJK masih mengkaji pembentukan lembaga keuangan itu. Sedang didata rata-rata kebutuhan modal awal, potensi pasar, dan kebutuhan masyarakat atas industri tersebut," ujarnya. Dewan Pembina Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia Richardus Eko Indrajit mengatakan, orientasi pembangunan Indonesia harus mulai diubah, yakni dari orientasi pada sumber daya alam menjadi sumber daya manusia. Kekayaan alam Indonesia lambat laun akan habis dan lama terbarukan kembali. Sementara sumber daya manusia tidak akan pernah habis dan bisa selalu berkembang. (DRI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000