logo Kompas.id
EkonomiRisiko Rendah Bisa Jadi...
Iklan

Risiko Rendah Bisa Jadi Pilihan

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Sektor infrastruktur dan pertanian yang terus menggeliat bisa menjadi penopang pertumbuhan kredit dan laba perbankan. Dalam kondisi perekonomian yang belum terlalu bagus, penyaluran kredit juga bisa diarahkan ke sektor-sektor yang berisiko rendah. Hal itu, antara lain, tecermin dari kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang mencatatkan pertumbuhan kredit 15,4 persen dan laba bersih meningkat 46,7 persen pada semester I-2017. Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, penyaluran kredit BNI pada semester I tahun ini Rp 412,18 triliun, tumbuh 15,4 persen selama setahun. Pertumbuhan kredit tersebut terutama ditopang realisasi pembiayaan infrastruktur dan pertanian. "Kredit yang disalurkan pada proyek infrastruktur terfokus pada proyek jalan tol di Jawa yang dilaksanakan oleh badan usaha milik negara. Di sektor pertanian, tersalurkan ke perusahaan-perusahaan perkebunan nasional yang memiliki jaringan bisnis internasional," kata Anggoro, Rabu (12/7), dalam konferensi pers di Jakarta.Menurut Anggoro, dengan menyalurkan kredit ke infrastruktur, BNI dapat mengembangkan bisnis rantai pasok dari hulu hingga hilir sektor infrastruktur. Hal itu juga memunculkan sumber pendanaan baru dan pendapatan nonbunga dari segmen korporasi, sindikasi dan pembiayaan, garansi bank, perdagangan, serta layanan manajemen kas.Rasio kredit bermasalah (NPL) BNI semester I-2017 turun, yakni NPL gross 2,8 persen, lebih rendah daripada NPL pada periode sama tahun lalu 3 persen. "Kondisi itu berdampak positif pada penurunan rasio peminjam yang menunggak dari 12 persen pada semester I-2016 menjadi 11,3 persen pada semester I-2017," katanya.Pertumbuhan kredit yang signifikan menjadi faktor utama peningkatan laba bersih. Pada semester I-2017, laba bersih tercatat Rp 6,41 persen atau meningkat 46,7 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. BNI juga mencatatkan pertumbuhan aset 17,2 persen menjadi Rp 631,74 triliun pada semester I-2017. Aset itu terutama berasal dari dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 463,86 triliun pada semester I-2017 atau meningkat 18,5 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Penerbitan obligasiSementara itu, PT Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap) menargetkan kenaikan penyaluran kredit hingga akhir tahun ini dari Rp 8 triliun menjadi Rp 10 triliun. Peningkatan itu terjadi setelah Bank Mantap menerbitkan obligasi. Kenaikan penyaluran kredit juga diikuti oleh kenaikan target laba tiga kali lipat."Hingga Juni lalu, penyaluran kredit sudah mencapai Rp 3,6 triliun," ujar Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Tripakoso setelah pencatatan obligasi Bank Mantap di Bursa Efek Indonesia, Rabu.Penerbitan obligasi mengalami kelebihan permintaan. Dari target semula sebesar Rp 2 triliun, akhirnya Bank Mantap menerbitkan obligasi sebesar Rp 2,4 triliun. Penerbitan obligasi itu dilakukan untuk memperkuat sumber pendanaan yang akan disalurkan menjadi kredit. Sepanjang 2016, total penyaluran kredit sebesar Rp 4,92 triliun atau tumbuh 201 persen selama setahun. Penyaluran kredit dari Bank Mantap sekitar 80 persen ditujukan untuk segmen pensiunan serta sisanya disalurkan ke usaha kecil dan menengah. Rasio NPL pada Bank Mantap relatif kecil, 0,43 persen gross, turun dari 0,63 dibandingkan dengan semester I-2016. Ekspansi kredit tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan laba Bank Mantap. Pada 2016, Bank Mantap berhasil membukukan laba Rp 51 triliun. Tahun ini, target laba Rp 150 miliar.Selain menerbitkan obligasi, Bank Mantap juga akan melakukan penawaran saham terbatas. Bank Mandiri dan Taspen sebagai pemegang saham sudah sepakat untuk kembali menambahkan modal. Komisaris Utama Bank Mantap Abdul Rahman mengatakan, Bank Mantap perlu mendapatkan dukungan permodalan lagi dan akan melakukan right issue sebelum akhir tahun ini Rp 350 miliar. Ke depan, Bank Mantap juga menjajaki kemungkinan untuk menawarkan saham kepada publik. Hingga kemarin, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2017 ada 52 emisi dari 42 emiten senilai Rp 73,24 triliun. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir yakin, penerbitan obligasi korporasi masih akan marak pada paruh kedua tahun ini. Direktur Pencatatan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat mengatakan, masih ada beberapa perusahaan yang akan menerbitkan obligasi dengan nilai sekitar Rp 34 triliun. (HEN/JOE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000