logo Kompas.id
EkonomiIndustri Mesti Beradaptasi
Iklan

Industri Mesti Beradaptasi

Oleh
· 2 menit baca

NUSA DUA, KOMPAS — Pelaku industri jasa keuangan diharapkan mampu beradaptasi dengan cepat dalam menghadapi perubahan perekonomian global, nasional, dan teknologi digital. Adaptasi yang cepat juga perlu diikuti dengan proses pengambilan kebijakan yang fleksibel dan tepat guna. Distinguished Fellow of Asia Global Institute, The University of Hongkong, Andrew Sheng, mengemukakan, perubahan perekonomian di masa mendatang semakin tidak bisa diprediksi. Situasi ini berbeda dengan dua dekade lalu, saat krisis finansial dialami negara-negara secara global dan Asia pada khususnya. "Pemerintah tidak bisa lagi memakai pendekatan berdasarkan pengalaman terbaik (best practice). Regulator harus mampu mengambil kebijakan yang cocok dan tepat guna," ujarnya di sela-sela Seminar Internasional Navigating Financial Stability in an Evolving Global Economic System, Kamis (13/7), di Nusa Dua, Bali. Seminar tersebut merupakan hasil kerja sama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Andrew menggambarkan, perubahan dunia dimulai dari rantai pasok industri global yang berubah setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Kemudian, perusahaan manufaktur dan pertambangan tidak lagi memimpin pasar. Sebagai gantinya, pasar dikuasai pemain sektor teknologi informasi, seperti Facebook dan Alibaba. Adapun Asia kini memasuki fase cepat pertumbuhan demografi, tetapi masih terkendala akses keuangan yang rendah. Semua hal itu turut memengaruhi industri jasa keuangan. Pengaruh yang tidak kalah penting adalah kehadiran usaha rintisan bidang teknologi finansial (tekfin). Inovasi mereka menyasar seluruh bentuk produk, seperti pembayaran, asuransi, dan layanan peminjaman. Mengutip riset Accenture (2017), Andrew menyebutkan, perusahaan rintisan bidang teknologi finansial akan tumbuh hampir 40 persen, sedangkan bank digital sekitar 20 persen. Dia mendukung langkah Pemerintah Indonesia, seperti program laku pandai untuk meningkatkan inklusi keuangan dan regulatory sandbox. Regulatory sandbox adalah laboratorium yang akan digunakan Bank Indonesia untuk menguji produk atau model bisnis tekfin. Kendati demikian, Andrew menekankan, Indonesia tetap harus cepat beradaptasi terhadap perubahan baru yang semakin mengganggu industri jasa finansial. StabilitasSekretaris Jenderal Departemen Asia Tenggara di ADB Ramesh Subramaniam mengemukakan, ada tiga isu perubahan yang bisa mengganggu stabilitas industri jasa keuangan Indonesia. Isu pertama menyangkut kesenjangan pembiayaan terkait kebutuhan dana untuk membangun infrastruktur. Hal kedua berhubungan dengan pendanaan jangka panjang. Pemerintah Indonesia perlu mengelola dana yang bersumber dari asuransi, pasar modal, dan dana pensiun. Adapun isu ketiga berkaitan dengan rendahnya inklusi keuangan. "Tentunya Indonesia tetap perlu berkolaborasi dengan negara-negara di kawasan regional untuk mencari solusi kestabilan ekonomi," kata Ramesh. Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto menyampaikan, dua hal mendesak adalah menjaga stabilitas dan meningkatkan inklusi keuangan secara bersamaan. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000