logo Kompas.id
EkonomiRealisasi Fiskal Membaik
Iklan

Realisasi Fiskal Membaik

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 pada semester I lebih baik daripada periode yang sama tahun lalu. Tren positif ini diharapkan berlanjut pada semester II. Kementerian Keuangan berkomitmen mengendalikan defisit anggaran maksimal 2,67 persen terhadap produk domestik bruto."Pelaksanaan APBN semester I-2017 menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, baik dari sisi pendapatan, belanja, dan pembiayaan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta, Kamis (13/7) malam. Pendapatan negara pada semester I-2017 terealisasi Rp 718,2 triliun atau 41 persen dari target sepanjang tahun. Tahun lalu, realisasinya adalah Rp 634,7 triliun atau 35,5 persen dari target pendapatan sepanjang tahun. Perpajakan sebagai sumber utama pendapatan mencatatkan realisasi Rp 571,9 triliun atau tumbuh 9,6 persen. Tahun lalu, realisasinya Rp 522 triliun atau turun 2,4 persen. Adapun penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 146 triliun atau tumbuh 30,3 persen. Tahun lalu realisasinya Rp 112 triliun atau turun 15 persen. Kontribusi terbesar berasal dari PPh Migas yang tumbuh 69 persen dan dari PPN nonmigas yang tumbuh 13,5 persen. Adapun bea keluar tumbuh 31,6 persen dari tahun lalu yang turun 33 persen. "Dari data tersebut terlihat bahwa ekonomi menggeliat seiring dengan membaiknya harga minyak dan meningkatnya ekspor," kata Sri Mulyani.Sementara itu, realisasi belanja pemerintah pusat dan transfer daerah Rp 893,3 triliun, naik 42,9 persen dari pagu yang lebih baik ketimbang tahun lalu senilai Rp 865 triliun, tumbuh 41,5 persen. Realisasi belanja pemerintah pusat adalah Rp 498,6 triliun, naik dari tahun lalu senilai Rp 481,3 triliun. Adapun realisasi transfer daerah, termasuk dana desa, adalah Rp 394,8 triliun dari tahun lalu Rp 384 triliun. Sementara realisasi defisit keseimbangan primer pada semester I-2017 juga lebih kecil daripada tahun lalu, yakni Rp 68,2 dari tahun lalu Rp 143,4 triliun.Keseimbangan primerKondisi keseimbangan primer yang defisit berarti pemerintah tidak mampu membayar cicilan dan bunga utang dengan pendapatan yang dikumpulkannya. Konsekuensinya, pemerintah harus menarik utang baru untuk membayarnya. Defisit tersebut terjadi mulai 2012 dan terus berlanjut minimal hingga tahun depan. Dengan demikian, defisit APBN 2017 semester I-2017 adalah 1,29 persen terhadap PDB. Ini lebih rendah ketimbang tahun lalu sebesar 1,82 persen terhadap PDB. "Dalam proyeksi, defisit anggaran sampai dengan akhir tahun akan dikendalikan maksimal 2,67 persen terhadap PDB," kata Sri Mulyani. Sementara itu, seiring dinaikkannya patokan harga minyak Indonesia (ICP) menjadi 46 dollar AS per barrel, pendapatan dari migas juga meningkat. Kendati ICP naik, DPR dan pemerintah tidak mengubah target produksi siap jual minyak tahun ini. Kenaikan harga minyak Indonesia bakal berpengaruh terhadap besaran subsidi energi.Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, kenaikan ICP dalam pembahasan APBN Perubahan 2017 dari 45 dollar AS per barrel menjadi 46 dollar AS per barrel bakal memiliki sejumlah konsekuensi, antara lain target penerimaan yang lebih tinggi, besaran subsidi energi meningkat, dan potensi belanja negara membesar. (LAS/APO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000