BELU, KOMPAS — Wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia dan Indonesia dengan Papua Niugini masih rawan peredaran valuta asing. Untuk itu, penyediaan mata uang rupiah di wilayah perbatasan tersebut akan terus-menerus dijaga.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng menyampaikan hal itu di sela-sela acara peluncuran BI Jangkau di Pos Lintas Batas Negara Mota’ain, Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
”Barang-barang yang dijual di perbatasan juga harus diusahakan agar barang produksi kita sendiri, bukan produk negara lain,” kata Sugeng.
Lebih lanjut Sugeng menekankan, pos lintas batas negara (PLBN) sudah dibuat semakin bagus. Namun, tidak cukup PLBN yang bagus. Rupiah juga harus tersedia di PLBN sehingga warga negara Indonesia yang tinggal di perbatasan tidak menggunakan valuta asing.
”Jangan hanya PLBN megah. Tetapi rupiah harus tersedia,” kata Sugeng.
Dalam kesempatan itu, Direktur PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ogi Prastomiyono menyampaikan, Bank Mandiri akan memantau lebih dulu penukaran valas ke rupiah di kantor penukaran uang di PLBN Mota’ain. Kantor penukaran di PLBN Mota’ain diselenggarakan oleh Bank Mandiri.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Suhaedi menambahkan, masyarakat membutuhkan penukaran uang yang tidak mencekik dan sesuai nilai tukar di pasar.