Standard Chartered Bank Rangkul Inovator Teknologi Finansial
Oleh
CAECILIA MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan perusahaan rintisan di bidang teknologi finansial tidak membuat gentar Standard Chartered Bank. Sebaliknya, mereka memilih merangkul dan berkolaborasi dengan pemain rintisan untuk bersama-sama menciptakan inovasi layanan keuangan digital.
Managing Director and Country Head Transaction Banking, Standard Chartered Bank Indonesia, Michael Sugirin, Selasa (18/7) di Jakarta, menceritakan, perusahaan grup memiliki tiga program yang mendukung kemunculan perusahaan rintisan di bidang teknologi finansial (tekfin), baik langsung maupun tidak langsung. Program pertama bernama Exellerator. Perwujudannya adalah laboratorium inovasi yang terletak di Singapura dan San Francisco.
Pemilik tekfin akan masuk di dalam laboratorium tersebut, lalu mengembangkan produk. Kebanyakan berasal dari permintaan Standard Chartered. Salah satu inovasi yang lahir adalah robot yang bisa menginterpretasikan dan menjalankan perintah transaksi manusia.
Program kedua adalah Supercharger Fintech Accelerator 2.0. Implementasinya berupa bantuan pendanaan kepada tekfin. Ini sudah dijalankan sekitar 4 tahun lalu. Rippler, usaha rintisan bidang teknologi pembayaran, merupakan contoh portofolio program ini.
Program terakhir memang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan rintisan. Michael menyebutnya Standard Chartered Innovate. Melalui program ini, semua karyawan wajib mengusulkan ide inovasi teknologi finansial setiap 2 bulan sekali. Ide terbaik akan mendapatkan suntikan dana.
Usia operasional kami kan sudah mencapai 150 tahun. Kami tetap tidak mau ketinggalan zaman. Transformasi digital di dalam operasional pelayanan adalah keharusan.
”Usia operasional kami kan sudah mencapai 150 tahun. Kami tetap tidak mau ketinggalan zaman. Transformasi digital di dalam operasional pelayanan adalah keharusan,” ujarnya.
Michael menceritakan, pihaknya menerapkan digital banking integration. Seluruh layanan di kasir akan langsung diolah melalui sistem daring sehingga semua data selalu baru. Pengajuan rekening baru bahkan sudah menggunakan formulir digital di dalam gawai agar mengurangi konsumsi kertas. Semua karyawan dibiasakan pola serupa.
Untuk transaksi rantai pasok barang yang melibatkan nasabah korporat, Standard Chartered Bank Indonesia telah menawarkan digital banking integration. Tim bank membantu nasabah mengelola arus transaksi dalam sistem digital. Selama semester I-2017, sebanyak empat nasabah sudah menggunakan jasa tersebut. Sebagai contoh, Lotte Mart.
”Kami memiliki nasabah yang setiap dua minggu sekali melakukan transaksi puluhan ribu kali per hari. Volume transaksi cukup besar, bukan? Kalau kasus seperti ini tidak ditangani melalui sistem digital, tentunya akan memakan banyak waktu dan ongkos,” ujar Michael.