logo Kompas.id
EkonomiBI Waspadai Konsumsi
Iklan

BI Waspadai Konsumsi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPASKendati ada peningkatan investasi, Bank Indonesia mewaspadai perlambatan konsumsi masyarakat. Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang lebih rendah itu tecermin dari kondisi ritel, yang dipengaruhi pelemahan produk ekspor dan industri manufaktur. Dalam rangka menjaga makroekonomi, Bank Indonesia menjaga suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap pada posisi 4,75 persen. Suku bunga depositfacility atau suku bunga yang diberikan untuk simpanan rupiah bank di BI tetap 4 persen. Suku bunga lending facility atau suku bunga yang diberikan pada pinjaman rupiah bank di BI, tetap 5,5 persen. "Ke depan, pertumbuhan ekonomi baik yang ditopang ekspor dan investasi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 5,0-5,4 persen. Ekspor dan investasi diharapkan bisa mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat," kata Arbonas Hutabarat, Direktur Departemen Komunikasi BI, membacakan hasil RDG yang berlangsung hingga pukul 22.50, Kamis (20/7). Ekonom Bahana Sekuritas, Fakhrul Fulvian, yang dimintai tanggapan mengemukakan, belum ada kekhawatiran signifikan atas perekonomian nasional. Inflasi, terutama tekanan pada harga bahan pangan pokok, sudah tidak lagi menjadi momok.Neraca perdagangan juga masih surplus kendati ada penurun ekspor. Namun, saat ini keseimbangan ekonomi terjaga dengan baik secara internal maupun eksternal."Dengan masih terjaganya keseimbangan eksternal dan internal, bank sentral seharusnya lebih memantau transmisi kebijakan moneter yang ada terhadap sektor keuangan khususnya perbankan yang tecermin pada angka pertumbuhan kredit," kata Fakhrul kepada Kompas. Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) sekaligus Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, kondisi perekonomian nasional semakin membaik, kendati belum bergerak cepat. Kinerja perbankan dan korporasi nonbank sudah mulai menggeliat, bahkan sudah mulai melakukan ekspansi. Meski demikian, permintaan kredit perbankan masih belum stabil. "Secara nasional, dalam beberapa bulan ke depan, pertumbuhan kredit masih belum kelihatan ke arah dua angka. Namun, untuk bank-bank tertentu, diperkirakan bisa menembus dua angka seiring dengan perbaikan ekonomi," katanya Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) melihat, ekspor menjadi motor pergerakan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia pada triwulan I-2017. Ekspor akan menjadi penopang pertumbuhan sepanjang tahun ini, kendati ketidakpastian global masih terus berlanjut. "Meskipun masih ada ketidakpastian seberapa kuat pemulihan ekonomi global, kami berpandangan, perekonomian kawasan Asia siap menghadapi kemungkinan itu jika proyeksi tersebut meleset," kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada dalam siaran pers ADB.ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan kawasan Asia dari 5,7 persen menjadi 5,9 persen pada 2017, dan dari 5,7 persen menjadi 5,8 persen pada 2018. Adapun pertumbuhan proyeksi ekonomi di Asia Tenggara diperkirakan tetap sebesar 4,8 persen pada 2017 dan 5,0 persen pada 2018.Layak investasi Sementara itu, lembaga pemeringkat Fitch mengafirmasi peringkat layak investasi bagi Indonesia pada level BBB- atau positive outlook. Sejumlah faktor menjadi pertimbangan Fitch dalam mengafirmasi peringkat itu antara lain beban utang pemerintah yang rendah, prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, dan eksposur pemerintah yang terbatas terkait risiko sektor perbankan.Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, afirmasi peringkat ini menjadi faktor pendukung tambahan bagi Indonesia dalam menjaga keyakinan investor dan pemangku kepentingan lainnya. (HEN/IDR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000