Kontribusi Asia Pada Pertumbuhan Global Sebesar 60 Persen
Oleh
Simon Saragih
·2 menit baca
Bank Pembangunan Asia (ADB) merevisi pertumbuhan ekonomi Asia ke tingkat lebih tinggi. Pada tahun 2017, perekonomian Asia diproyeksikan akan tumbuh 5,9 persen dan tumbuh 5,8 persen pada 2018. Revisi terbaru ini diumumkan di Manila, Filipina, Kamis (20/7).
Revisi serupa juga dilakukan Bank Dunia dan lembaga internasional lainnya. ”Negara berkembang Asia menghadapi keadaan yang baik tahun ini karena perbaikan ekspor. Hal ini mendorong kenaikan pertumbuhan Asia pada tahun 2017,” kata ekonom senior ADB, Yasuyuki Sawada, dalam laporan terbaru ADB itu.
Perbaikan angka pertumbuhan ini, selain akibat perbaikan pasar ekspor, juga didorong kenaikan konsumsi di China, yang turut memberi efek positif bagi kawasan Asia. ”Meski ada ketidakpastian yang melingkupi pemulihan ekonomi global, kami menilai perekonomian Asia berada pada posisi terbaik jika gejolak eksternal muncul,” ujar Sawada.
Dengan kata lain, Asia memiliki sumber pertumbuhan tersendiri. Asia membuktikan diri bisa terus tumbuh walau ada gejolak di Barat pada 2008 dan 2009.
Namun, kebetulan perekonomian Barat pada tahun 2017 juga relatif lebih stabil. Rata-rata pertumbuhannya ialah 1,9 persen, termasuk Jepang.
Asia Selatan tetap sebagai kawasan Asia dengan pertumbuhan lebih tinggi, yakni 7 persen pada 2017 dan 7,2 persen tahun 2018. India sebagai motor utama ekonomi Asia Selatan bahkan tumbuh 7,4 persen pada 2017 dan 7,6 persen tahun 2018.
Kekuatan konsumen domestik, kelanjutan investasi, dan pembangunan infrastruktur menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi Asia. Kawasan Asia secara keseluruhan terus memosisikan diri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi global.
Laporan ADB bahkan menyebutkan Asia telah memberikan kontribusi sebesar 60 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi global sekarang. Menurut ADB, pertumbuhan tinggi ekonomi Asia ini akan menjadi katalisator untuk pemberantasan kemiskinan sebagaimana ditekankan oleh Yasuyuki Sawada. Walau tumbuh tinggi, Asia juga masih menjadi lokasi utama warga miskin global.
Meski demikian, pertumbuhan tidak akan otomatis memberikan efek menetes ke bawah. Ada potensi ketimpangan pendapatan untuk Asia jika keberpihakan pada kaum lemah tidak diperhatikan.
Asia, termasuk Indonesia, mutlak memberi perhatian pada potensi ketimpangan. ”Meski pertumbuhan Asia melejit, Asia masih menghadapi potensi ketimpangan,” kata Jonathan Wong dari United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) dalam pertemuan Asia Policy Forum di Bangkok pada 7 Juni lalu.
Forum ini menyarankan agar aliran modal ke usaha skala menengah dan kecil menjadi salah satu upaya untuk mengatasi ketimpangan.