logo Kompas.id
EkonomiNelayan Menunggu Terobosan...
Iklan

Nelayan Menunggu Terobosan Pasar

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Penjualan hasil tangkapan ikan dari kapal-kapal yang pernah menggunakan cantrang di Laut Arafura membutuhkan terobosan pasar. Beberapa jenis ikan yang ditangkap menggunakan alat tangkap ramah lingkungan itu tidak laku terserap pasar lokal.Penasihat Penangkapan Ikan Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Minhadi Nur Sjamsu, yang dihubungi Kompas di Jakarta, akhir pekan lalu, mengemukakan, dinamika pasar perlu terus dicermati. Saat ini ada kecenderungan pasar dalam negeri atau pasar lokal belum bisa menyerap semua jenis ikan hasil tangkapan dari Laut Arafura. Perairan Arafura banyak diisi kapal-kapal ikan yang telah beralih dari alat tangkap cantrang dan sejenisnya ke alat tangkap yang lebih ramah lingkungan, seperti jaring insang. Hal ini seiring dorongan pemerintah agar kapal-kapal yang pernah menggunakan cantrang di pantai utara Jawa mengalihkan tangkapan ke wilayah timur Indonesia, yakni wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 718 Perairan Teluk Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian timur.Dari hasil penelusuran, kata Minhadi, pasar dalam negeri tidak bisa menyerap semua jenis ikan hasil tangkapan dari Arafura, terutama jenis ikan dasar (demersal), seperti bawal, jenggot, kuro, dan senangi."Ikan-ikan ini tidak familiar di lidah orang Indonesia. Beberapa (akhirnya) dijadikan ikan asin," ujar Minhadi. Padahal, jenis-jenis ikan tersebut banyak ditangkap kapal-kapal eks cantrang di Laut Arafura. Akibatnya, banyak kapal eks cantrang di Arafura yang mengeluhkan hambatan pasar. Puluhan ton ikan hasil tangkapan kapal eks cantrang di perairan Papua tidak terserap pasar. Ikan-ikan itu antara lain ikan manyung, ikan kuro, dan ikan hiu. (Kompas, 6/7). Adapun jenis ikan dasar yang laku diserap antara lain ikan kakap putih, tenggiri, dan udang.PeluangMenurut Minhadi, sebenarnya peluang ikan-ikan demersal tersebut untuk dipasarkan ke China atau Hongkong, cukup terbuka. Namun, saat ini China dan Hongkong cenderung membatasi pembelian ikan dari luar negeri."Harus dicari strategi pemasarannya, terutama di pasar dalam negeri," ujarnya.Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) per 2 Mei 2017, potensi ikan di WPP 718 mencapai 1.992.731 ton. Potensi tersebut antara lain berupa ikan demersal sebanyak 586.277 ton, ikan pelagis kecil 823.328 ton, dan ikan pelagis besar 489.795 ton. Adapun target hasil tangkapan nelayan yang menggunakan gill net adalah ikan pelagis dan demersal.Menurut Direktur Kapal dan Alat Penangkapan Ikan KKP Agus Suherman, kapal yang bekas pengguna cantrang dari pantai utara Jawa yang beralih wilayah tangkapan ke WPP 718 berjumlah lebih dari 600 kapal. Namun, Agus juga mengakui, pemasaran hasil tangkapan kapal-kapal itu masih belum optimal. Secara terpisah, Ketua Front Nelayan Bersatu (FNB) wilayah Jawa dan Sumatera Bambang Wicaksono mengemukakan, peralihan nelayan yang pernah menggunakan cantrang ke WPP 718 masih terganjal permodalan. Padahal, nelayan menghadapi hambatan tidak ada jaminan pasar. Ikan-ikan hasil tangkapan tersebut baru bernilai jika dipasarkan ke Jawa. "Kalau dipasarkan di sana (Indonesia bagian timur) enggak ada harganya karena (ikan) mudah didapat dan melimpah," ujarnya. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000