logo Kompas.id
EkonomiDomestik Menjadi Kunci
Iklan

Domestik Menjadi Kunci

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi dunia yang cenderung melambat dan konsumsi rumah tangga secara nasional yang belum kuat akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Standard Chartered pun merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 5,3 persen menjadi 5,2 persen. Kendati demikian, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih cepat pada semester II daripada semester I tahun ini. Permintaan domestik, terutama di sektor investasi swasta dan proyek infrastruktur, akan menopang pertumbuhan itu.Hal itu mengemuka dalam konferensi pers Standard Charterd Global Research Report 2017 di Jakarta, Senin (24/7). Head of ASEAN Economic Research Standard Chartered Edward Lee Wee Kok, Ekonom Senior Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra, dan Director Energy Analyst Standard Chartered Priya Narain Balchandani hadir dalam acara itu. Aldian mengatakan, pemulihan investasi swasta akan terjadi secara bertahap dan diperkirakan tumbuh 5,2 persen hingga akhir tahun ini. Kredibilitas fiskal, stabilitas politik, dan reformasi struktural yang terus berjalan baik akan membantu mengembalikan kepercayaan sektor swasta.Pemerintah perlu tetap menjaga iklim investasi yang baik dan kemudahan berusaha. Adapun Bank Indonesia kemungkinan besar tidak akan mengubah suku bunga acuan pada semester II tahun ini. "Hal itu akan membuat suku bunga pinjaman, salah satunya untuk modal kerja, tetap terjaga tren penurunannya. Pada April tahun ini, suku bunga pinjaman turun 16 basis poin," katanya.Menurut Aldian, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan ditopang pembangunan infrastruktur, dorongan fiskal atau belanja pemerintah, dan inflasi yang terjaga. Ekspor tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun ini kendati permintaan dan harga komoditas ekspor mulai melambat pergerakannya."Relaksasi larangan ekspor untuk bijih besi/nikel dan harga komoditas yang relatif lebih tinggi daripada tahun lalu akan menjadi faktor positif penyumbang ekspor," ujarnya.Aldian menambahkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih lambat, berkisar 4-5 persen. Namun, perbaikan investasi swasta, keberlanjutan proyek infrastruktur, dan dorongan fiskal akan menopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga.Edward mengemukakan, ekonomi dunia sudah kembali ke jalurnya dengan tetap dipengaruhi AS, China, dan Eropa. Sementara Priya mengatakan, kendati Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah memangkas produksi minyak mentah, harga minyak mentah masih belum membaik. Kredit perbankanPT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp 1,27 triliun atau tumbuh 21,95 persen dalam setahun. Hingga 30 Juni 2017, BTN menyalurkan kredit Rp 177,4 triliun, 90,04 persen di antaranya berupa kredit perumahan.Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, perekonomian Indonesia mulai menunjukkan geliat positif karena didukung kebijakan pemerintah serta kepercayaan masyarakat dan investor. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk membukukan laba bersih Rp 935 miliar pada semester I-2017. Adapun kredit yang disalurkan per akhir Juni 2017 mencapai Rp 66,3 triliun. "Pencapaian ini tidak terlepas dari konsistensi kami dalam pemberdayaan serta transformasi dan inovasi melayani nasabah," kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam siaran pers.Sementara PT Bank Panin Tbk membukukan laba bersih konsolidasi Rp 1,4 triliun pada semester I-2017, tumbuh 21,96 persen dibandingkan laba bersih semester I-2016. (HEN/NAD/IDR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000