MUARA SABAK, KOMPAS — Kelangkaan dan mahalnya garam berimbas pada tertekannya nilai jual hasil tangkapan nelayan di pesisir timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Harga ikan segar anjlok hampir 25 persen demi keberlangsungan industri ikan asin.
Nelayan di perkampungan laut Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur, Beni, mengatakan, harga ikan gulama yang menjadi bahan baku ikan asin setempat biasanya Rp 4.000 per kilogram. Sejak harga garam naik, harga ikan nelayan berbanding terbalik.
”Sekarang ini hanya dihargai Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram,” ujarnya, Jumat (28/7).
Turunnya harga jual ikan nelayan, lanjutnya, disebabkan desakan kalangan industri ikan asin yang tersebar di kawasan ini. Para pelaku usaha mengeluh harga garam melonjak lebih dari 200 persen. Demi menjaga kelangsungan usaha ikan asin, harga ikan pun dihargai rendah.
Hal itu dibenarkan oleh Edy, pemilik usaha ikan asin Harapan Sejahtera. Jika usaha pengolahan ikan asin gulung tikar gara-gara kenaika harga garam, ratusan pekerja yang penghidupannya di sana akan menganggur. Otomatis hasil tangkapan nelayan tidak bisa terserap.
”Akhirnya disepakati harga ikan dari nelayan turun. Yang penting usaha ikan asin bisa tetap bertahan hidup,” ujarnya.
Kepala Bidang Penguatan Daya Saing Produk Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Slamet mengatakan, kelangkaan dan mahalnya garam berimbas cukup luas. Produksi sebagian perajin ikan asin turun. Mereka yang bertahan umumnya karena mengganti penggunaan garam industri non-yodium menjadi garam beryodium yang harganya lebih mahal.