Jakarta, Kompas--Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengembangkan 15 sentra lahan garam terintegrasi di 15 kabupaten/kota. Keberadaan sistem lahan terintegrasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak produksi dan mutu garam.
Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Abduh di Jakarta, Selasa (1/8), mengemukakan, pemerintah menargetkan produksi garam rakyat tahun ini sebanyak 3,2 juta ton. Target ini lebih tinggi dibandingkan dengan target tahun sebelumnya yang sebanyak 3 juta ton.
Sentra garam terintegrasi tersebut meliputi integrasi pengelolaan lahan garam rakyat yang luasnya hingga 15 hektar (ha) per lokasi. Dengan integrasi lahan tersebut, produktivitas garam diharapkan meningkat, dari rata-rata 80 ton per ha menjadi 100 ton per ha, sehingga produksi bertambah sekitar 4.500 ton.
Sebanyak 15 sentra garam itu ada di Cirebon dan Indramayu di Jawa Barat, serta Brebes, Demak, Pati, Lamongan, dan Rembang di Jawa Tengah. Selain itu, ada pula di Tuban, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep di Jawa Timur serta Bima dan Kupang di Nusa Tenggara Barat. Sentra garam juga ada di Pangkep dan Jeneponto di Sulawesi Selatan.
Kepala Sub Direktorat Air Laut, Non Energi, dan Benda Muatan Kapal Tenggelam KKP Zaki Mahasin mengemukakan, integrasi lahan itu diharapkan bisa mengalirkan air yang panjang sebelum dikristalisasi. Aliran yang panjang akan menghasilkan garam dengan kadar NaCl lebih dari 97 persen. Dengan demikian, kualitas garam konsumsi akan meningkat, dari yang biasanya berkadar NaCl di bawah 97 persen.
"Sentra lahan integrasi itu untuk percontohan. Kita harapkan petambak lain bisa mereplikasi sistem integrasi lahan itu" katanya.
Hasil dari lahan garam terintegrasi akan dipasok ke gudang penyimpanan garam yang disiapkan pemerintah dengan sistem resi gudang. Sistem resi gudang dirilis sejak tahun lalu. Tahun 2016, pemerintah sudah membangun 6 unit, yakni di Cirebon, Indramayu, Pati, Pamekasan, Bima, dan Pangkep.
Tahun ini, pembangunan 6 gudang sedang dilaksanakan di Brebes, Demak, Rembang, Tuban, Sampang, dan Kupang. Kapasitas setiap gudang berkisar 2.000 ton. Namun, Zaki mengakui, masih ada kendala terkait potensi anomali cuaca.