logo Kompas.id
EkonomiPertumbuhan Lebih Rendah
Iklan

Pertumbuhan Lebih Rendah

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan sektor properti secara tahunan pada Juni 2017 lebih rendah dibandingkan dengan Mei 2017. Namun, penyaluran kredit pemilikan rumah dan apartemen masih tumbuh tipis. Diperkirakan permintaan kredit di sektor properti tumbuh pada waktu mendatang.Berdasarkan analisis uang beredar yang diterbitkan Bank Indonesia, kredit sektor properti per Juni 2017 sebesar Rp 746,8 triliun atau tumbuh 12,1 persen dalam setahun. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei 2017, yakni 13,7 persen dalam setahun.Pelambatan pertumbuhan sektor properti bersumber pada kredit untuk sektor konstruksi dan real estat. Kredit konstruksi tumbuh 20,8 persen dalam setahun, lebih rendah dari pertumbuhan Mei 2017 yang sebesar 24,1 persen. Sementara kredit real estat pada Juni 2017 tumbuh 10,4 persen, lebih rendah dari pertumbuhan Mei 2017 yang sebesar 15,9 persen.Penurunan pertumbuhan ini tertahan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) yang tumbuh tipis, yakni 7,7 persen dalam setahun pada Mei 2017 menjadi 7,9 persen dalam setahun pada Juni 2017.Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara Winang Budoyo berpendapat, pada Juni lalu ada hari raya Idul Fitri dan liburan yang cukup panjang. Dalam satu bulan itu, jumlah hari kerja efektif hanya sekitar 2 minggu, lebih sedikit dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Hal itu memengaruhi nilai kredit konstruksi dan kredit real estat yang disalurkan perbankan."Kredit konstruksi dan real estat, kan, dari sisi suplai. Karena jumlah harinya sedikit, pekerja juga pulang, maka kontraktor atau pengembang menarik kreditnya juga terbatas," kata Winang Budoyo di Jakarta, Selasa (1/8).Sebaliknya, KPR dan KPA yang tumbuh lebih baik pada Juni dibandingkan dengan Mei ada di sisi permintaan. Winang Budoyo memperkirakan, pada Juni lalu perbankan mempercepat proses akad kredit dengan nasabah sehingga dapat disepakati sebelum liburan Lebaran. Adapun setelah Lebaran, perbankan memproses akad kredit KPR atau KPA yang baru.Kendati kenaikan KPR dan KPA kecil, kata Winang Budoyo, hal itu memperlihatkan tren permintaan rumah yang meningkat. Peningkatan permintaan tersebut masih didominasi segmen menengah ke bawah yang akan tetap tumbuh karena permintaan berasal dari pengguna akhir yang membeli rumah untuk ditinggali, bukan untuk investasi.Sementara untuk segmen menengah ke atas, pertumbuhannya belum signifikan. Winang Budoyo meyakini dampak relaksasi rasio pinjaman terhadap agunan (loan to value/LTV) pada tahun lalu akan mulai terasa."Ketika LTV direlaksasi tahun lalu, diproyeksikan dampaknya dalam 12 bulan, kemudian pertumbuhan 3-4 persen. Tren peningkatan itu sudah mulai tampak," ujar Winang Budoyo.Menunggu permintaanSecara terpisah, Panangian Simanungkalit dari Panangian School of Property mengatakan, pelambatan pertumbuhan kredit konstruksi dan real estat menunjukkan pengembang di sisi suplai pada posisi menunggu permintaan dari pasar. "Pertumbuhan KPR dan KPA menjadi gejala perbaikan properti meski ini lebih ke rumah segmen menengah ke bawah yang banyak menggunakan KPR dan KPA," ujarnya.Menurut Panangian, kenaikan kredit konstruksi terjadi mulai awal tahun. Setelah rumah terbangun, pengembang menunggu permintaan pasar. Kendati sudah ada gejala kenaikan permintaan, untuk melihat arah tren perlu melihat pertumbuhan penyaluran KPR dan KPA setidaknya dalam tiga bulan ke depan atau hingga Oktober.Jika pertumbuhan penyaluran KPR dan KPA lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit perbankan, berarti sektor properti memang dalam posisi naik terus. Apalagi jika pertumbuhannya mencapai dua angka. Sementara untuk segmen menengah ke atas diperkirakan baru membaik tahun depan karena investor masih melihat situasi sosial politik.Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, kenaikan penyaluran KPR dan KPA menunjukkan permintaan yang mulai naik, tetapi untuk segmen menengah ke bawah. "Kredit untuk membangun hunian vertikal pasti lebih besar daripada rumah tapak. Itu yang ditunjukkan kredit konstruksi lebih rendah karena didominasi rumah tapak, bukan hunian vertikal," kata Ali. (NAD)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000