Teknologi Bisa Mendorong Efisiensi
JAKARTA, KOMPAS — Riset Accenture memperlihatkan, sebagian besar perusahaan minyak dan gas, termasuk yang beroperasi di Asia Tenggara, berminat untuk mengembangkan teknologi digital di fasilitas kilangnya. Penerapan teknologi digital akan membuat perusahaan makin efisien.Riset yang melibatkan sekitar 200 eksekutif, pemimpin, dan insinyur perusahaan migas itu menunjukkan, 57 persen responden akan meningkatkan investasi digital. "Perusahaan migas menyadari bahwa mereka harus investasi untuk teknologi digital karena akan membantu perawatan sehingga semakin efisien," kata Managing Director Resources Operating Group PT Accenture Mark H Teoh dalam temu media, Rabu (2/8), di Jakarta.Riset Accenture mencatat, teknologi digital akan meningkatkan efektivitas pengelolaan kilang (63 persen), mengurangi risiko operasional (59 persen), dan mitigasi dalam merawat fasilitas kilang (54 persen). Pengurangan biaya operasional menjadi alasan untuk mendorong penerapan teknologi digital di perusahaan migas. Namun, hambatan yang dihadapi adalah investasi yang masih rendah.Menurut Mark, kesadaran pentingnya teknologi digital muncul karena berbagai faktor. Kemudahan serta efisiensi yang ditimbulkan dari penerapan teknologi digital yang dirasakan di industri lain selain migas menjadi salah satu pembelajaran. Sementara secara teknis banyak perusahaan belajar dari pengalaman jika kilang tiba-tiba rusak. Selain itu, harga minyak dunia yang turun menekan keuangan perusahaan migas. "Ongkos untuk menjalankan lagi kilang yang rusak mendadak itu besar. Pengaruhnya bisa sampai pada keterlambatan pengapalan produk sehingga perusahaan migas tidak bisa memenuhi kontrak," ujar Mark.Analisis dataDengan mesin yang terintegrasi, lanjut Mark, risiko kerusakan mesin akan terpantau secara dini. Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk memantau tingkat stres karyawan di kilang.Melalui penanganan yang lebih awal berdasarkan analisis data terhadap mesin atau pekerja, biaya yang dikeluarkan perusahaan pun akhirnya akan semakin rendah.Meski demikian, riset menunjukkan bahwa perkembangan teknologi digital menimbulkan kekhawatiran terkait dengan keamanan data perusahaan migas. Accenture mencatat, Tim Respons Insiden Keamanan Indonesia mengenai Infrastruktur Internet (ID-SIRTII) Indonesia termasuk rentan terhadap serangan siber. Pada 2016 terjadi peningkatan serangan siber sebesar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Oleh karena itulah, 36 persen responden menyebut keamanan data sebagai hambatan utama diadopsinya teknologi digital ke dalam perusahaan migas. Angka itu meningkat menjadi 50 persen ketika yang disurvei adalah para pekerja di bidang teknologi informasi.Country Managing Director Accenture Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, perubahan dari sistem manual menjadi teknologi digital memerlukan penyesuaian dari orang-orang yang bekerja di dalamnya. Sebab, teknologi digital akan mengintegrasikan orang dengan alat atau mesin. (NAD)