JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen memperbesar porsi penyaluran kredit pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Selama ini, segmen tersebut menopang pertumbuhan laba bank. Upaya tersebut juga dilakukan untuk membantu pemerintah menekan kesenjangan sosial.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Suprajarto dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (3/8), mengatakan, laba bersih BRI semester I-2017 sebesar Rp 13,4 triliun, tumbuh 10,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Kenaikan laba bersih itu paling utama ditopang penyaluran kredit UMKM. Ekspansi ke segmen UMKM yang sudah mandiri dan berkembang usahanya," katanya.
Hingga akhir Juni 2017, total penyaluran kredit BRI mencapai Rp 687,9 triliun, tumbuh 11,8 persen selama setahun. Dari total kredit itu, sebanyak 74,4 persen atau senilai Rp 490 triliun disalurkan ke segmen UMKM.
Kredit bermasalah (NPL) BRI juga membaik. Pada semester I-2017, NPL gross BRI 2,34 persen, lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,39 persen.
Menurut Suprajarto, BRI akan memperbesar porsi penyaluran kredit kepada UMKM secara bertahap. Pada 2022 nanti, BRI menargetkan porsi penyaluran kredit ke segmen tersebut bisa mencapai 80 persen.
BRI juga berupaya membantu program pemerintah untuk mengatasi kesenjangan sosial. Salah satunya melalui program pembiayaan atau penyaluran kredit kepada para petani di sekitar lahan hutan yang mengikuti program redistribusi aset.
Sementara itu, Direktur Human Capital PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Priyastomo mengemukakan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga menjadi salah satu faktor pendukung kinerja positif BRI.
Hingga akhir Juni 2017, DPK BRI dan anak perusahaan sebesar Rp 768 triliun atau naik 12,3 persen dibandingkan Juni 2016 yang sebesar Rp 683,7 triliun. DPK tersebut didominasi oleh dana murah berupa giro dan tabungan sebesar 56 persen dari total DPK. (HEN)