logo Kompas.id
EkonomiIndustri Kimia Tergantung...
Iklan

Industri Kimia Tergantung Impor

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan baku membuat industri berbasis kimia rentan terhadap stabilitas nilai tukar. Investasi hulu kimia dasar bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan tersebut."Impor terjadi karena saat ini masih ada kekurangan pasokan dari dalam negeri. Kebutuhan bahan baku setiap tahun pun meningkat sekitar 5 persen," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono, Jumat (4/8), di Jakarta. Fajar mencontohkan, kebutuhan polipropilena dan polietilena mencapai 1,6 juta ton per tahun, sementara pasokan dari dalam negeri sekitar 700.000 ton polipropilena dan 800.000 polietilena per tahun. Sebelumnya, Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menuturkan, Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2019 terkonsentrasi pada peningkatan nilai tambah sumber daya alam."Pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian, mencoba masuk dari sisi hulu," kata Dody pada Seminar Nasional Bank Indonesia-Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia bertema "Mendorong Peran Industri Hulu pada Perekonomian Indonesia" di Jakarta, Kamis.Barang olahanSebanyak tiga dari 10 industri strategis RIPIN ada di industri hulu, yakni industri hulu berbasis agro, industri kimia dasar, dan industri logam dasar.Dody menuturkan, industri kimia dasar sangat terkait dengan industri hilir, yang nantinya menghasilkan barang olahan plastik. Namun, kebutuhan impornya tinggi. Untuk itu, Bank Indonesia bersama kementerian terkait mencoba membangun pohon industri kimia dasar."Basis kimia dasar adalah dari minyak mentah dan gas, lalu diolah dengan teknologi yang ada sehingga menghasilkan produk seperti plastik, PVC, dan nilon. Ini rantai dari hulu ke hilir," kata Dody.Hasil pemetaan menunjukkan ada industri yang tidak tersedia di Indonesia. Bahkan, jika industri tersebut ada di Indonesia, produksinya tidak akan mencukupi kebutuhan konsumsi di dalam negeri. "Itu semua mendorong tingginya impor dan rendahnya ekspor," kata Dody.Dengan kondisi itu, otoritas moneter harus memastikan ketersediaan valuta asing untuk kebutuhan industri tersebut. (CAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000