JAKARTA, KOMPAS — Perhiasan emas masih mendominasi sebagai barang yang digadaikan. Setiap tahun jumlah penggadai perhiasan emas menunjukkan tren yang meningkat.
Kepala Humas PT Pegadaian (Persero) Basuki Tri Andayani mengatakan, sebagian besar emas yang digadaikan dalam bentuk perhiasan. ”Menggadaikan emas menjadi solusi untuk memperoleh dana,” ujarnya, Rabu (9/8).
Nilai total dan pinjaman dengan menggadaikan emas di Pegadaian pada 2016 sebesar 95 persen dari Rp 120 triliun. Jumlah ini bersumber dari 8,9 juta nasabah aktif. Sebelumnya, tahun 2015, pinjaman dengan menggadaikan emas sebesar 95 persen dari Rp 114 triliun dan bersumber dari 7,6 juta nasabah aktif. Tahun 2014, jumlah nasabah aktif sebanyak 6,1 juta dengan jumlah pinjaman yang menggadaikan emas sebesar 95 persen dari Rp 102 triliun.
”Biasanya, nasabah menggadaikan emas menjelang bulan puasa untuk modal dagang konfeksi dan kuliner,” kata Basuki. Selain itu, jumlah penggadai cenderung naik pada awal tahun ajaran baru dan menjelang Idul Adha.
”Menjelang Idul Adha banyak hajatan sehingga banyak yang menggadaikan emas untuk kebutuhan dana,” ujarnya lagi. Selain itu, mulai pertengahan Desember, jumlah penggadai emas akan meningkat lagi karena kebutuhan dana untuk liburan akhir tahun.
Jual-beli emas
Toko Arjuna Jewellery, salah satu toko di Cikini Gold Center, menjual perhiasan emas yang dipadukan dengan berlian. ”Proporsi berliannya 10-20 persen. Sisanya emas,” kata Juan Abdul (31), pemilik toko. Kedua bahan ini dipadukan karena dia ingin menjual perhiasan yang unik. Dia memang memiliki perajin sendiri untuk memadukan emas dan berlian menjadi perhiasan.
Pada tahun ini, rata-rata penjualannya 15-20 perhiasan tiap bulannya. ”Tahun lalu bisa mencapai 30 perhiasan per bulan,” ujar Juan. Menghadapi fluktuasi harga emas itu, Juan mengandalkan pelanggannya. Sejak tokonya berdiri tahun 1997, pelanggannya sudah sekitar 50 orang. ”Biasanya pelanggan ini membeli untuk koleksi perhiasannya,” katanya.
Toko Mas Mulia, toko lainnya, tidak memilki strategi khusus untuk menghadapi harga emas yang fluktuatif. Karena tokonya baru dibuka 5-6 bulan, dia baru memiliki pelanggan 6-7 orang yang biasa menjual emas ke tokonya. Setiap hari rata-rata 2-3 orang yang membeli emas, sedangkan yang menjual emas 5-6 orang.
”Dua pertiganya membeli perhiasan. Selain untuk koleksi, biasanya untuk hadiah,” kata Budiman (35), pemilik Toko Mas Mulia.
Meski baru membuka toko dalam hitungan bulan, sudah hampir 20 tahun Budiman berkecimpung di jual-beli emas. Dia mengamati, tahun lalu isu dalam negeri memengaruhi jual-beli emas. ”Misalnya ada aksi massa yang besar. Entah kenapa, harga emas ikut berubah,” ujarnya.
Natali (46) sering melihat-lihat perhiasan emas di Cikini Gold Center. ”Saya memang suka mengoleksi perhiasan emas,” katanya. Kebiasaannya ini dipengaruhi oleh ibunya yang sering ke Cikini Gold Center sejak tahun 1970-an. Terkait investasi emas, Natali belum tertarik.
”Saya amati, harga emas cenderung turun,” katanya. (DD09)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.