Asia Menjadi Destinasi Wisata Favorit
JAKARTA, KOMPAS – Negara-negara di Asia menjadi destinasi wisata favorit yang diakomodasi oleh sejumlah biro perjalanan yang mengandalkan wisata mancanegara. Jumlah wisatawan ke Asia pun lebih banyak jika dibandingkan dengan wisatawan ke Eropa.
Aditya (32) merencanakan wisata dengan kapal pesiar yang berlayar dari Singapura ke Thailand akhir tahun ini. Keinginan untuk memiliki pengalaman baru menjadi alasannya. “Penasaran. Saya sekeluarga belum pernah naik pesiar sebelumnya,” katanya.
Dia menganggarkan sekitar Rp 80 juta untuk liburan akhir tahun ini. Rencananya, dia hendak berwisata dari 28 Desember 2017 sampai 2 Januari 2018. Tahun lalu, dia sekeluarga berwisata ke Hongkong. Dia mengatakan, tahun lalu dia sekeluarga menghabiskan sekitar Rp 25 juta untuk berlibur ke Hongkong.
Vicentia Archi, staf outbound tour Ritz Tour, mengatakan, pada akhir tahun, pemesanan tur ke tanah suci (Yerusalem) lebih banyak dibandingkan dengan pemesanan tur ke Eropa. Sesi perayaan malam Natal di Bethlehem menjadi daya tarik tur ke tanah suci ini. Pada akhir tahun 2016, wisatawan ke tanah suci berkisar 100 sampai 120 orang. “Wisatawan ke Eropa sekitar 50 sampai 60 orang,” ujarnya, Jumat (11/8).
Peningkatan pemesanan paket tur wisata ke Korea paling dirasakan Shilla Tour. “Saya masih ingat, pada tahun 2014, orang yang berwisata ke Korea rata-rata 100 sampai 120 orang,” kata Gery Diredja, Sales Manager Shilla Tour.
Saat ini, pada bulan Juni dan Desember, jumlah wisatawan berkisar 400 sampai 500 orang tiap bulan, sedangkan pada bulan lainnya rata-rata jumlah wisatawan mencapai 300 sampai 350 orang. “Ini karena budaya Korea yang masuk ke Indonesia seperti girlband, boyband, dan drama Korea, sehingga banyak orang tertarik ke sana,” katanya. Paket wisata ke Korea yang ditawarkan menghabiskan waktu minimal lima hari.
Eropa barat menempati posisi kedua sebagai destinasi wisata yang diminati. Pada Juni dan Desember, jumlah wisatawan ke Jepang berkisar 400 sampai 500 orang. Pada bulan lainnya, jumlah wisatawan hanya mencapai 80 sampai 100 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk berwisata ke Eropa barat minimal 12 hari.
Destinasi wisata ke Jepang menempati urutan ketiga menurut Shilla Tour. Pada April, Mei, Juni, dan Desember, rata-rata wisatawan ke Jepang yang diakomodasi mencapai 300 sampai 400 orang. Sedangkan pada bulan lainnya berkisar 50 sampai 70 orang. Lamanya waktu berwisata ke Jepang minimal tujuh hari. Bulan April dan Mei juga menjadi puncak jumlah wisatawan karena musim Sakura di Jepang pada kedua bulan itu.
Jepang juga menjadi salah satu destinasi wisata favorit yang diakomodasi oleh Golden Rama Tours & Travel. “Wisata ke Jepang unggul karena momen-momen budaya yang ditawarkan,” kata Ricky Hilton, kepala marketing communication Golden Rama.
Selain itu, dia melihat adanya kemudahan pembuatan visa ke Jepang karena baiknya hubungan bilateral yang terjadi antara Indonesia dan Jepang. Rata-rata wisatawan yang diakomodasi Golden Rama menghabiskan waktu minimal selama lima sampai sepuluh hari untuk berwisata di Jepang.
Pemesanan paket tur dan wisata di Golden Rama mencapai puncaknya pada bulan Juni dan Desember. Baik pada Juni dan Desember, rata-rata wisatawan yang berangkat sekitar 800 sampai 900 orang per bulan. “Perbandingan low season dan peak season sekitar tiga banding lima,” kata Ricky.
Rata-rata transaksi Golden Rama tiap tahunnya berkisar 132.000 transaksi. Jumlah ini meningkat sekitar 5 sampai 10 persen dari tahun sebelumnya.
Isu geopolitik
Ritz Tour dan Golden Rama cukup memperhatikan isu-isu internasional, sekali pun isu tersebut tidak menimbulkan adanya peringatan berwisata atau larangan berwisata. “Beberapa calon wisatawan menghubungi kami untuk menanyakan keamanan pergi ke Timur Tengah. Setelah kami yakinkan, mereka tidak membatalkan perjalanan,” kata Vicentia.
Golden Rama pun selalu memastikan perjalanannya akan aman. “Kami akan menelepon pihak-pihak terkait di tiap negara. Setelah dipastikan keamanan dan keselamatannya, kami akan memberi tahu calon wisatawan,” ujar Ricky.
Berbeda dengan Ritz Tour dan Golden Rama, Shilla Tour mengacu pada adanya larangan berwisata. “Kalau tidak ada larangan, kami tetap akan berangkat,” kata Gery.
Preferensi maskapai penerbangan
Ritz Tour bekerja sama dengan Etihad Airways dan Emirates karena hanya memerlukan satu kali transit untuk penerbangan dari Indonesia ke negara tujuan. “Kalau tujuannya Eropa, cukup transit di Dubai. Kalau ke tanah suci, transitnya di Abu Dhabi,” ujar Vicentia.
Maskapai penerbangan yang bekerja sama dengan Golden Rama dan Shilla Tour cenderung beragam. Pertimbangan Golden Rama dalam memilih maskapai penerbangan bergantung pada ketersediaan kursi. Sedangkan, harga menjadi pertimbangan utama Shilla Tour dalam memilih maskapai penerbangan. (DD09)