JAKARTA, KOMPAS – Harga cabai di sejumlah sentra di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur yang anjlok awal pekan ini membuat petani rugi. Penurunan terbesar terjadi pada jenis cabai rawit merah yang pada Februari-Maret 2017 harganya melonjak hingga lebih dari Rp 100.000 per kilogram.
Data Direktorat Hortikultura Kementerian Pertanian, rata-rata harga cabai rawit merah di tingkat petani pada Sabtu (12/8) mencapai Rp 13.031 per kilogram (kg), jauh turun dibandingkan pekan pertama Maret 2017 yang Rp 86.327 per kg. Sementara cabai merah keriting turun dari rp 31.660 per kg pada pekan pertama Februari 2017 menjadi Rp 11.969 per kg dan cabai merah besar dari Rp 25.602 per kg menjadi Rp 12.172 per kg.
Rudi Purwadi, petani cabai di Desa Kauman, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (14//8/2017) menyebutkan, penurunan drastis terjadi akhir pekan lalu, khususnya jenis cabai rawit merah. ”Pekan lalu cabai rawit merah masih Rp 23.000 per kg di tingkat petani, hari ini turun jadi Rp 15.000 per kg,” ujarnya.
Situasi serupa dialami petani di Jawa Barat. Menurut Pipin Arif Apilin, petani cabai di Ciamis, Jawa Barat, harga cabai rawit di tingkat petani di Ciamis turun hingga Rp 10.000 per kg. Sementara cabai merah besar mencapai Rp 11.000 per kg dan cabai merah keriting Rp 10.000 per kg. Dengan harga sebesar itu, petani mengeluh karena rugi.
Hal itu dikarenakan petani mengeluarkan ongkos Rp 100-120 juta untuk menanam cabai rawit merah di lahan seluas 1 hektar. Dengan populasi sekitar 16.000 pohon dan rata-rata 0,5 kg cabai per pohon, produksi mencapai 8-9 ton per hektar. Menurut Rudi, jika harga cabai Rp 15.000 per kg saja, petani tak dapat untung.
Para petani berharap pemerintah berupaya mengatasi masalah anjloknya harga. Sebab, modal yang dikeluarkan relatif besar. Tak sedikit petani yang akhirnya terjerat utang karena harga cabai tak sesuai harapan. ”Harga kali ini terendah sejak awal tahun ini,” kata Rudi.
Surplus
Kepala Subdirektorat Aneka Cabai dan Sayuran Buah Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Agung Sanusi menyebutkan, neraca cabai rawit merah cenderung surplus selama Juli-September 2017. Pada bulan ini, misalnya, produksi mencapai 81.864 ton, sementara kebutuhannya hanya 73.197 ton. Bulan depan, surplus diperkirakan mencapai 8.991 ton, sebab produksi mencapai 78.606 ton dan kebutuhannya hanya 69.615 ton.
Sejumlah sentra panen bulan ini, antara lain Magelang, Temanggung, Wonosobo, Brebes (Jawa Tengah), Blitar, Tuban, Malang, Banyuwangi, Kediri, dan Situbondo (Jawa Timur), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), Takalar dan Enrekang (Sulawesi Selatan), dan Rejang Lebong (Bengkulu).
Menurut Agung, Direktorat Jenderal Hortikultura mendorong pengaturan jadwal tanam untuk menyesuaikan kebutuhan. Luas tanam pada Mei, misalnya, dirancang seluas 16.878 hektar untuk panen Agustus. Sementara tanam Juni dirancang 15.976 hektar untuk panen bulan September.
Akan tetapi, petani bisa berinisiatif menanamnya. Tingginya harga cabai pada Februari-Maret lalu mendorong petani di sejumlah daerah menanam cabai.