logo Kompas.id
EkonomiKolaborasi Menjadi Kunci...
Iklan

Kolaborasi Menjadi Kunci Efisiensi Logistik

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi dan sinergi para pelaku usaha penyedia jasa logistik menjadi kunci untuk menyediakan layanan jasa logistik yang terintegrasi, berbiaya murah, dan mampu berkompetisi secara global. Dalam era persaingan yang makin ketat, penyedia jasa logistik, baik swasta maupun badan usaha milik negara, tidak bisa bekerja sendiri-sendiri.Hal itu mengemuka dalam diskusi panel bertema "Implementasi Efisiensi Logistik dalam Paket Kebijakan Ekonomi XV" yang diselenggarakan Supply Chain Indonesia dan Universitas Prasetiya Mulya, di Jakarta, Sabtu (12/8). "Penyedia jasa logistik tak bisa sendiri-sendiri, tetapi harus terintegrasi dan berkolaborasi," kata Asisten Deputi Pengembangan Logistik Nasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Erwin Raza.Selain Erwin Raza, tampil sebagai narasumber antara lain Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan, Direktur Utama PT Pos Logistik Indonesia Yuzon Erman, dan penulis buku Logistics Supply Chain, Zaroni.Menurut Erwin, potensi pasar logistik di Indonesia tahun 2016 diperkirakan Rp 2.400 triliun. Nilai itu mencakup potensi jasa transportasi, penyimpanan, dan delivery sebesar Rp 498,3 triliun, serta potensi kegiatan logistik di sejumlah sektor, seperti pertanian, konstruksi, pertambangan, dan manufaktur, sebesar Rp 1.901,3 triliun.Namun, lanjut Erwin, tantangannya adalah masih lemahnya kemampuan penyedia jasa logistik (PJL) untuk bersaing dengan penyedia jasa logistik asing dalam menangani logistik secara efisien. Yuzon mengatakan, banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam kolaborasi atau sinergi antar-PJL. Kolaborasi perlu dilakukan oleh PJL yang selevel. "Kolaborasi tidak hanya terkait dengan institusinya, tetapi juga kapasitas fisik," katanya.Manajemen angkutanYukki menambahkan, kolaborasi dan sinergi PJL tidak hanya perlu dilakukan kalangan swasta, tetapi juga BUMN karena banyak BUMN yang memiliki anak perusahaan yang bergerak di usaha jasa logistik. Meskipun demikian, ada anak perusahaan BUMN tersebut juga bekerja dengan pihak swasta. "Yang membawa barang juga anggota ALFI," katanya.Seorang peserta diskusi juga mempersoalkan manajemen angkutan truk di pelabuhan. Mobilisasi truk yang tidak efisien mengakibatkan kemacetan, biaya tinggi, dan beban di pelabuhan.Truk yang mengangkut peti kemas ekspor di pelabuhan tidak dimanfaatkan untuk angkutan barang impor sehingga truk kosong saat keluar dari pelabuhan. Sebaliknya, truk yang mengangkut peti kemas barang impor ternyata kosong saat masuk pelabuhan karena tidak memuat peti kemas untuk ekspor.Yukki menambahkan, diperkirakan truk yang kosong dan berlalu lalang di Jawa dan Bali mencapai 40 persen. Truk masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, memang menyebabkan kemacetan. Padahal, di Jakarta tidak banyak pabrik dan industri.Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi mengungkapkan, sektor logistik sebenarnya tidak hanya terkait dengan transportasi, tetapi juga pengembangan industri. Ia mencontohkan jasa logistik di sektor perikanan tangkap dengan potensi produksi 9,9 juta ton. Sektor perikanan tangkap, lanjut Setijadi, banyak dilakukan di Indonesia bagian timur, seperti Maluku. Namun, industri pengolahan ikan masih terpusat di Pulau Jawa. (FER)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000