logo Kompas.id
EkonomiPelambatan Pertumbuhan...
Iklan

Pelambatan Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Perlu Diwaspadai

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu diwaspadai apabila terjadi secara berkelanjutan. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah mulai sekarang diharapkan menyusun solusi jangka pendek dan panjang yang terintegrasi.Hal itu diungkapkan anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Hendri Saparini, di sela-sela diskusi Daya Beli Terjaga, Masyarakat Belanja Lebih Cerdas, yang diselenggarakan oleh Forum Merdeka Barat 9, Sabtu (12/8), di Jakarta. Pembicara lain ialah Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia Aulia E Marinto, dan pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri.Mengacu data BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017 sebesar 4,95 persen. Pencapaian ini naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu 4,94 persen.Konsumsi rumah tangga menyumbang 2,65 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2017, yakni 5,01 persen. Kategori pengeluaran restoran dan hotel tumbuh 5,87 persen, sedangkan makanan dan minuman 5,24 persen.Menurut Hendri, data pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga harus dilihat lebih jeli siapa kontributornya. Apabila penyumbang penting adalah kelompok bawah dan diproyeksi terus terjadi, tingkat kewaspadaan pemerintah perlu ditambah.Sejumlah faktorDia menyebutkan, kelompok bawah mengurangi konsumsi karena sejumlah faktor penyebab, antara lain harga kebutuhan pokok, bahan bakar minyak jenis tertentu, dan tarif dasar listrik meningkat. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah nilai tukar upah buruh dan petani yang mengalami penurunan.Hendri juga menyorot pencapaian pengeluaran dari sisi investasi. Dengan porsi 31,36 persen terhadap produk domestik bruto, investasi pada triwulan II-2017 tumbuh 5,35 persen. Dia mempertanyakan apakah pencapaian tersebut ikut didorong oleh konsumsi yang tumbuh melambat."Kelompok bawah ini harus menjadi perhatian, apalagi mereka yang tergolong dekat angka kemiskinan. Apabila mereka mengurangi konsumsi, itu harus diwaspadai," ujarnya.Faisal Basri menekankan bahwa belanja yang berkurang bukan berarti konsumsi masyarakat menurun. Masyarakat bisa saja mengalihkan pendapatan mereka untuk tabungan.Masyarakat kelompok bawah hanya berkontribusi sekitar 17 persen terhadap total konsumsi rumah tangga. Anggota keluarga mereka sekarang ikut bekerja agar membantu menopang ekonomi. Dengan demikian, kualitas hidup menurun.Sementara itu, Aulia E Marinto mengemukakan, pusat perbelanjaan atau mal fisik tetap diminati warga. Sejumlah warga memilih untuk membeli barang di sana, kemudian menjual kembali melalui platform daring. Gerai-gerai konvensional tetap memperoleh untung.Suhariyanto menyebutkan, kelompok menengah ke atas sekarang mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memutuskan konsumsi. Sebagai gantinya, dana mereka di perbankan cukup tinggi. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000