”Bancassurance” Masih Menjadi Kanal Utama
Perbankan masih menjadi kanal utama yang mendorong pertumbuhan premi asuransi jiwa. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia mencatat, pada triwulan I-2017 pendapatan premi asuransi meningkat 25,5 persen menjadi Rp 34,4 triliun dibandingkan triwulan I-2016.
Pendapatan itu tidak terlepas dari saluran distribusi bancassurance atau kerja sama pemasaran asuransi dengan perbankan yang berkontribusi sebesar 40 persen dan tumbuh sebesar 47,5 persen. Dibandingkan dengan saluran distribusi lain, porsi saluran perpaduan asuransi dan perbankan tersebut lebih besar.
Pada triwulan I-2017, saluran distribusi melalui agen berkontribusi sebesar 39,2 persen dan tumbuh sebesar 11,9 persen. Adapun saluran distribusi alternatif berkontribusi sebesar 20,9 persen dan tumbuh sebesar 18,6 persen.
Peran perbankan dalam menumbuhkan premi asuransi tidak terlepas dari strategi bisnis dan penerapan teknologi. Kesadaran masyarakat terhadap asuransi juga terus tumbuh, meski lambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membuat regulasi terkait dengan kerja sama asuransi dan bank. Regulasi itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor 32 Tahun 2016 tentang Saluran Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerja Sama dengan Bancassurance.
Dalam regulasi itu, OJK menetapkan sejumlah model bisnis bancassurance. Pertama, bank hanya sebagai referensi dan rekomendasi produk ke calon peserta. Kedua, kerja sama distribusi, yakni bank berperan sebagai pemasar produk asuransi. Ketiga, integrasi produk, yakni produk asuransi yang merupakan gabungan dengan produk bank.
Regulasi itu juga menetapkan syarat perusahaan asuransi yang dapat memasarkan produk asuransi melalui bank. Persyaratan itu antara lain tingkat kesehatan keuangan dan tidak sedang terkena sanksi administratif.
Kerja sama antara perusahaan asuransi dengan bank hanya dapat terwujud apabila perusahaan asuransi dinyatakan memenuhi syarat kesehatan keuangan dan kepatuhan. OJK hanya mengizinkan perusahaan asuransi dengan rasio risk based capital (RBC) sebesar 120 persen yang bisa menjual produk bancassurance.
Namun, penyaluran asuransi jiwa melalui bancassurance menghadapi sejumlah tantangan. Tantangan itu meliputi pertumbuhan kelas menengah yang adalah generasi milineal, digitalisasi asuransi, dan peningkatan agen asuransi. Namun, tantangan tersebut bisa menjadi potensi untuk mengembangkan saluran distribusi melalui bancassurance.
Kinerja asuransi melalui saluran distribusi brancassurance pada tahun ini tumbuh positif. Berbagai pelaku industri tersebut melakukan inovasi dan memperkuat sinergi. BCA Life, misalnya, tiga tahun sejak beroperasi, anak perusahaan PT Bank Central Asia Tbk tersebut terus berkembang.
Pada semester I-2017, BCA Life mencetak kinerja cukup signifikan. BCA Life membukukan premi sebesar Rp 269,529 miliar. Ada kenaikan sebesar 53 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 176,302 miliar.
Jumlah nasabah BCA Life juga tumbuh 78 persen menjadi 378.733 nasabah. Adapun pembayaran klaim dan manfaat naik 138 persen, dari Rp 19,620 miliar menjadi Rp 46,755 miliar. Hal itu tidak terlepas dari penerapan strategi bisnis yang menyasar kebutuhan nasabah BCA dan pengembangan teknologi.
Produk asuransi BCA Life yang menggabungkannya dengan produk BCA adalah asuransi perlindungan, asuransi plus tabungan, dan asuransi terkait investasi. Untuk menjangkau pendistribusian dan layanan asuransi dari kalangan generasi milenial, BCA Life bersinergi dengan induk perusahaannya.
Media sosial
Beberapa di antaranya adalah sinergi layanan customer service Halo BCA dan BCA Live V-Chat atau video call online untuk para nasabah di gerai myBCA di beberapa mal di Jakarta dan Surabaya. BCA Life juga melakukan pendekatan kepada nasabah melalui media sosial Facebook dan Twitter, serta pemasaran melalui telemarketing.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kanal distribusi bancassurance BCA Life masih pasang surut. Sekarang ini baru memperpanjang kerja sama dengan AIA untuk mengembangkan refferal asuransi dalam bentuk link-product.
”Kami juga tengah menjalankan pemasaran secara langsung dan korporasi bersama AIA. Kami akan konsentrasi pada penawaran produk asuransi jiwa,” katanya.
PT BNI Life Insurance, anak perusahaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, mencatatkan kinerja positif pada semester I tahun ini. BNI Life mampu membukukan premi senilai Rp 2,73 triliun atau tumbuh 41,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Kanal bancassurance berkontribusi terbesar terhadap kenaikan premi, yaitu sebesar 65 persen. Adapun kontribusi dari kanal grup atau employee benefit sebesar 25 persen, sedangkan sisanya 10 persen dari jalur agensi dan syariah.
Stratategi bisnis BNI Life pada tahun ini fokus pada bisnis individu dan bisnis kumpulan dengan sinergi BNI Group. Target utama BNI Life adalah nasabah individu, nasabah korporasi, dan juga karyawan-karyawan nasabah korporasi Bank BNI.
Direktur Agency PT AIA Financial Ang Tiam Kit mengatakan, potensi pertumbuhan bisnis asuransi melalui agen diperkirakan akan semakin meningkat. Hal itu tidak terlepas dari pertumbuhan kelas menengah dan pemahaman literasi asuransi ke depan.
Saat ini, agen menopang sekitar 43 persen bisnis asuransi yang selama ini masih didominasi melalui bancassurance. ”Hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan bisnis asuransi melalui agen. Tahun ini, kami akan menambah 2.500 agen di Indonesia. AIA Indonesia akan meningkatkan kualitas agen melalui Premier Agency dan FA Academy,” ujarnya.
AIA Indonesia mencatat, pertumbuhan bisnis AIA di Indonesia pada triwulan I tahun ini Rp 612 miliar. Agen AIA Indonesia yang masuk kategori Million Dollar Round Table (MDRT) sebanyak 297 agen atau meningkat 4,95 persen dibandingkan tahun lalu. Total agen AIA di Indonesia sekitar 6.000 agen.
Teknologi digital
Kanal pemasaran bancassurance menjadi penopang utama kinerja perseroan. Kanal tersebut berkontribusi terhadap kenaikan premi sebesar 65 persen. Adapun kanal lain, yaitu melalui asuransi grup berkontribusi 25 persen dan 10 persen dari jalur agensi serta syariah.
Pengamat asuransi, Irvan Rahardjo, mengemukakan, hingga kini bancassurance memang masih menjadi salah satu saluran distribusi andalan asuransi jiwa. Hal itu, terutama bagi asuransi jiwa yang berada dalam naungan satu grup atau perusahaan asing.
Distribusi melalui saluran tersebut menghadapi sebuah tantangan karena terus tumbuhnya teknologi digital. Dengan adanya keniscayaan digitalisasi, asuransi akan mengalami pergeseran saluran distribusi sehingga intermediasi konsumen dan produsen akan terpangkas.
”Namun, perkembangan pemanfaatan teknologi digital di sektor asuransi itu tergantung kecepatan literasi masyarakat terhadap asuransi. Lambatnya literasi membuat kehadiran bancassurance masih tetap dibutuhkan, bahkan berpotensi dikembangkan melalui teknologi digital,” katanya.
Menurut Irvan, selama ini distribusi asuransi masih bersifat konvensional, termasuk di antaranya melalui bancassurance. Perlu ada dorongan dari OJK untuk membantu pelaku industri asuransi yang masih konvensional menjadi digital.
Para pelaku industri asuransi perlu mencermati fenomena perubahan masyarakat. Hal itu kurang lebih sama dengan fenomena pergeseran belanja daring yang disinyalir menyebabkan anomali kelesuan mikro yang tidak selaras terhadap data makro ekonomi.
”Di samping itu, perlu dilihat juga bahwa banccassurance berpotensi menggerus risk based capital atau RBC karena menimbulkan akumulasi tunggakan premi apabila bank mitra tidak segera melunasi dalam jangka waktu yang ditentukan. Salah satu solusi persoalan ini adalah pentingnya digitalisasi yang harus didukung regulasi di sektor asuransi,” kata Irvan.
Director of In Branch Channel AXA Mandiri Tisye Diah Retnojati mengatakan, pertumbuhan premi asuransi jiwa AXA Mandiri pada tahun lalu positif di tengah kondisi perekonomian Indonesia dan global yang masih fluktuatif. Kontribusi bancassurance terhadap performa AXA Mandiri tahun 2016 adalah 95,1 persen.
Pada tahun ini, AXA Mandiri berfokus menjalankan model bisnis bancassurance yang memiliki jalur distribusi yang komprehensif di antaranya in-branch, telemarketing, dan korporat.
”Pemasaran produk dilakukan melalui lebih dari 2.000 penasihat keuangan di lebih dari 1.500 cabang Bank Mandiri dan 700 cabang Bank Syariah Mandiri di seluruh Indonesia, serta didukung lebih dari 500 sales officer pada jalur telemarketing dan korporat,” katanya.
Selain itu, lanjut Tisye, AXA Mandiri juga telah memanfaatkan dunia digital untuk penjualan produk secara daring, serta memberikan pelayanan purna jual untuk nasabah. Terkait produk baru, AXA Mandiri akan terus berinovasi dalam menghadirkan produk yang senantiasa menjawab kebutuhan nasabah.
(HENDRIYO WIDI)