JAKARTA, KOMPAS — Institut Pertanian Bogor melalui Departemen Proteksi Tanaman dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat mengingatkan pemerintah dan petani akan bahaya serangan wereng dan penyakit kerdil hampa padi. Selain kegagalan produksi, keduanya menjebak petani pada kerugian yang sangat besar beberapa musim terakhir.
Rekomendasi itu disampaikan berdasarkan pengamatan langsung tim dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB di lapangan selama kurun Februari-Juli 2017. Dalam siaran persnya, Selasa (15/8), tim berkesimpulan bahwa serangan hama wereng batang coklat (WBC) dan penyakit kerdil hampa atau kerdil rumput tahun 2017 jauh lebih luas dibandingkan serangan tahun 2010.
Tim terdiri dari dosen dan peneliti IPB, antara lain Aunu Rauf, Dadang, Widodo, Hermanu Triwidodo, Sri Hendrastuti Hidayat, dan Suryo Wiyono. Dalam pelaksanaan di lapangan tim ini dibantu oleh mahasiswa dan petani mitra.
Selain iklim yang cukup basah sepanjang 2017, ledakan WBC terjadi karena penanaman padi yang terus-menerus tanpa jeda. Intensitas penggunaan insektisida yang tinggi, yakni 8-12 aplikasi per musim, serta pemakaian jenis insektisida terlarang turut memicu ledakan tersebut.
Serangan WBC dan penyakit kerdil hampa menyerang areal persawahan setidaknya di 30 kabupaten di Pulau Jawa, Lampung, dan Bali. Pada banyak lokasi, serangan WBC dan penyakit kerdil hampa telah menyerang padi milik petani sejak 2-4 musim tanam lalu, khususnya pada hamparan yang tiga kali berturut-turut ditanami padi dalam setahun.
Berbeda dengan ledakan WBC tahun 2010-2011, ketika ledakan serupa dialami petani di Thailand dan Vietnam, ledakan WBC tahun ini hanya terjadi di Indonesia. Pengetahuan petani tentang WBC dan penyakit kerdil hampa juga dinilai masih kurang, terutama terkait gejala, penularan dan sifat penyakit, serta kaitan antara WBC dan penyakit kerdil rumput.
Pestisida tak tepat
Pemakaian pestisida semakin menambah kompleks permasalahan. Berdasarkan temuan tim, 70 persen petani di Pulau Jawa menggunakan beberapa insektisida yang dilarang untuk padi, petugas pertanian juga tidak mengetahui jenis pestisida terlarang, dan bahkan ada promosi pestisida yang dilarang untuk padi. Pada sisi lain, sistem pengamatan dan deteksi dini dinilai lemah.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB Suryo Wiyono menyatakan, jumlah kabupaten dan provinsi yang terserang wereng tahun ini lebih banyak dibandingkan serangan tahun 2010. Sebab, selain di sentra padi di Pulau Jawa, WBC dan penyakit kerdil hampa menyerang persawahan di Bali, Lampung, dan Sumatera Selatan.
IPB merekomendasikan jeda penanaman setidaknya satu musim di satu hamparan untuk memutus siklus hama. Sisa tanaman terserang perlu dimusnahkan agar tidak menjadi sumber penyakit musim tanam berikutnya. Selain itu, pemerintah dan petani perlu melakukan pengendalian hama secara terpadu.
Sistem pengamatan hama dan penyakit padi juga perlu diperbaiki agar penanganan lebih cepat, akurat, dan efisien. Dengan demikian, pengendalian tak terlambat dan dampak serangan masih minimal. Faktor lain yang dinilai perlu adalah sosialisasi tentang pestisida yang ramah untuk tanaman padi.