Yang Muda yang Berprestasi
Satu tahun sekali, para agen asuransi berprestasi dari berbagai perusahaan asuransi berkumpul. Para agen perempuan mengenakan gaun panjang, berdandan lengkap dengan tatanan rambut yang apik, sementara agen laki-laki mengenakan jas lengkap berkumpul untuk makan malam bersama dan menikmati pertunjukan.
Mereka juga berdebar, menantikan pengumuman siapakah yang akan mendapatkan penghargaan atas kerja keras selama ini. Tahun 2017 ini, penghargaan bergengsi Agent of the Year 2016 dalam Top Agent Award (TAA) diraih oleh Indriani Sasmita (37) dari Equity Life Indonesia. Indriani juga menjadi pemenang kedua kategori Top Agent by Premium dengan mengumpulkan premi sebesar Rp 2,5 miliar tahun lalu.
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi agen senior, ajang TAA juga memberikan apresiasi bagi agen-agen muda berprestasi. Total ada 11 kategori penghargaan yang diberikan pada ajang TAA setiap tahun.
Keberlangsungan industri asuransi tidak terlepas dari kiprah agen-agen asuransi, terutama agen yang berusia muda. Per Juni 2016, populasi agen muda yang berusia 26-35 tahun sekitar 36 persen. Makin banyak anak muda yang berprofesi sebagai agen asuransi jiwa.
Peluang karier dan finansial sebagai agen asuransi jiwa memang menjanjikan. Indriani Sasmita yang kerap disapa Iin, semula adalah pegawai bank. Dia lalu beralih menjadi agen asuransi 7 tahun lalu.
Jam kerja yang fleksibel menjadi salah satu alasan Iin untuk beralih menjadi agen asuransi. ”Saya sering berkunjung ke rumah prospek jam 9 malam, karena memang itu waktu yang tersedia. Ketika menjelaskan produk asuransi, situasi sedapat mungkin dibuat santai dan kondusif,” kata Iin, agen yang berasal dari Semarang itu.
Bisa jadi juga, seorang agen asuransi harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan untuk mengantarkan polis asuransi kepada nasabahnya. Belum lagi penolakan yang dihadapi karena calon nasabah belum memahami manfaat asuransi.
Hal serupa terjadi pada Reni Fitriani (28). Setelah selesai kuliah, Reni berkarier sebagai pegawai bank. Salah satu tugasnya adalah menjual produk asuransi kepada para nasabah bank. Setelah mengenal produk asuransi, dia malah mengundurkan diri dari bank dan memilih menjadi agen asuransi Manulife. ”Bagi saya, menjadi agen asuransi, waktunya sangat fleksibel. Penghasilannya pun terukur. Semakin kita rajin, tentu semakin besar. Kalau di perusahaan, meskipun rajin, belum tentu mendapat imbalan yang sepadan,” kata Reni.
Seorang agen juga harus mau memberikan layanan lebih kepada nasabah, seperti mengantarkan formulir untuk mengklaim haknya, seperti mengklaim asuransi kesehatan. ”Sebenarnya nasabah yang harus mengambil formulir klaim, misalnya, untuk klaim penggantian biaya rumah sakit. Namun, ketika kondisinya seperti itu, mereka tidak mengambil sendiri formulir ke kantor. Dengan senang hati, saya akan mengantarkannya karena ini merupakan layanan dari saya. Asuransi adalah bisnis kepercayaan,” kata Iin.
Reni menekankan, dalam berbisnis asuransi, sikap kepada nasabah menjadi salah satu kunci keberhasilan. ”Menjadi agen tidak sekadar mencari komisi, tetapi lebih penting lagi memberikan solusi,” kata Reni.
Idealnya, agen asuransi juga memiliki kemampuan sebagai perencana keuangan yang dapat memberikan solusi bagi para nasabahnya. Misalnya, ada sebuah produk yang memberikan komisi 10 persen dan diperlukan serta dapat menjadi solusi bagi calon nasabah, agen sebaiknya menyarankan produk tersebut. ”Jangan memaksakan untuk menawarkan produk yang memberikan komisi 30 persen, tetapi sebenarnya bukan menjadi solusi bagi nasabah,” kata Reni.
Kebutuhan nasabah
Dengan memahami kebutuhan nasabah dan memberikan produk yang tepat serta pelayanan baik, kepercayaan akan terjaga. Kemungkinan, nasabah akan mereferensikan agen kepada orang lain atau membeli produk-produk asuransi lainnya. ”Ada kepuasan ketika saya dapat membantu klien untuk merencanakan proteksinya,” kata Iin.
Agen asuransi tidak mendapatkan gaji bulanan seperti seorang karyawan. Pendapatannya berasal dari komisi premi. Besarnya beragam, biasanya antara 5-30 persen, tergantung dari produk yang dijual dan kebijakan perusahaan asuransi. Jika berhasil mendapatkan nasabah, perhitungan komisi ini tidak hanya diperoleh satu kali pada tahun pertama saja, tetapi hingga tahun ketiga atau keempat, dengan persentase yang menurun.
”Profesi agen asuransi bukan profesi ecek-ecek. Dengan bekerja secara profesional dan rajin, penghasilannya bisa melebihi penghasilan CEO,” kata Direktur Utama Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim.
Selain komisi, bonus juga bisa diperoleh para agen jika target premi terpenuhi. Bonusnya mulai dari telepon genggam, sepeda motor, hingga perjalanan ke luar negeri gratis. Jika sudah memiliki jaringan keagenan yang lebih luas lagi, dengan posisi sebagai leader sebuah kelompok agen asuransi, pendapatan pun semakin bertambah karena ada bonus jaringan.
Tidak heran jika agen asuransi dapat mengantongi pendapatan hingga belasan bahkan puluhan juta rupiah setiap bulan. Semakin rajin, akan semakin banyak nasabah yang membeli produk asuransi. Artinya, semakin tebal pula pundi-pundi mereka. Para agen tidak hanya mengandalkan nasabah-nasabah baru, tetapi juga nasabah yang membeli premi berkali-kali, sesuai dengan kebutuhannya. Jika layanan yang diberikan agen asuransi kepada nasabahnya baik, sering kali nasabah kembali membeli produk asuransi dari agen yang sama.
Agen asuransi yang memiliki keterampilan untuk menyusun keuangan nasabah, bersikap profesional, memiliki pengetahuan mumpuni tentang produk maupun industri, akan membantu mengembangkan industri asuransi. Masyarakat semakin paham bahwa masa depan perlu dipersiapkan antara lain dengan mengalihkan risiko.
Keluhan bahwa agen tidak menjelaskan produk dengan baik, merasa dicurangi karena tidak memahami produk, salah membeli produk karena agen tidak memperhatikan kebutuhan nasabah akan semakin berkurang. Kepercayaan masyarakat terhadap agen asuransi dan industri asuransi akan meningkat jika kualitas agen muda pun bertambah baik.
(JOICE TAURIS SANTI)