logo Kompas.id
EkonomiLuar Jawa Dikembangkan
Iklan

Luar Jawa Dikembangkan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian fokus mengembangkan wilayah industri di luar Pulau Jawa untuk menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Hal ini dilakukan untuk mendorong investor masuk kawasan industri yang ditetapkan dalam proyek strategis nasional.Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Imam Haryono di Jakarta, Senin (21/8). "Ada investor dari China yang berinvestasi di kawasan industri Morowali ingin mengembangkan industri di Kalimantan Utara," kata Imam.Investor industri nikel dari China, Tsingshan Holding Group, dalam tiga tahun terakhir sudah berinvestasi di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, dengan nilai investasi sekitar 817 juta dollar AS atau sekitar Rp 10,86 triliun.Menurut Imam, perusahaan itu juga ingin berekspansi ke kawasan industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara (Kaltara), dengan nilai investasi sekitar 22 miliar dollar AS. Tsingshan berminat mengembangkan investasi di Kaltara antara lain karena ketersediaan energi primer untuk pembangkit listrik tenaga air. Jika investasi itu terealisasi, diharapkan efek ganda perekonomian di daerah terjadi dan menumbuhkan perekonomian di daerah perbatasan.Imam menjelaskan, program Nawacita Presiden Joko Widodo diterjemahkan Kementerian Perindustrian dengan mendorong pengembangan kawasan industri di luar Pulau Jawa. "Pemerintah juga menginginkan pelibatan masyarakat lokal dalam industri," katanya.Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar mengungkapkan, pemerintah memang fokus mengembangkan kawasan industri, termasuk di luar Pulau Jawa. Sebagai contoh, kawasan industri Bintuni di Papua Barat.Pengembangan industri di Bintuni, terutama industri petrokimia, lanjut Iskandar, sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku gas dan harga gas. Masalah harga gas untuk pengembangan industri perlu diperhatikan.Imam menambahkan, sejumlah perusahaan, seperti PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal dari Jerman, merencanakan berinvestasi di kawasan industri Bintuni untuk memproduksi pupuk dan produk petrokimia. Namun, kesepakatan harga gas untuk bahan baku masih menjadi pertimbangan investor.PT Pupuk Indonesia (Persero) berencana berinvestasi pabrik urea dan amoniak dengan nilai investasi 2,2 miliar dollar AS. Adapun Ferrostaal senilai 1,9 miliar dollar AS. Target operasional industri pupuk dan petrokimia tahap pertama, menurut rencana, pada 2019. Sebelumnya, Ketua Kelompok Kerja Pupuk Nasional Dewan Ketahanan Pangan Edy Putra Irawady menilai, harga gas untuk industri pupuk di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan India. "Di Malaysia, harga gas bisa 4 dollar AS per MMBTU," katanya.Di Indonesia, harga gas di atas 5 dollar AS.Pulau-pulau kecilSementara itu, pemerintah perlu menindaklanjuti penambahan nama 2.590 pulau di Indonesia dengan rencana pengelolaan pulau-pulau kecil. Penyusunan rencana pengelolaan pulau diperlukan untuk mendorong format pembangunan pulau-pulau sebagai aset negara lebih terarah.Hal itu dikemukakan Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Mohammad Abdi Suhufan di Jakarta, Senin. Penyusunan rencana pengelolaan sangat penting agar pemerintah dan masyarakat lokal memiliki visi yang sama dalam pengelolaan pulau-pulau kecil sesuai dengan kondisi dan karakteristik sosial, ekonomi, dan lingkungan.Pemerintah Indonesia mendaftarkan 2.590 nama pulau dalam pertemuan ke-30 Kelompok Pakar untuk Nama Geografis Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGEGN) dan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Standardisasi Nama-nama Geografis (UNCSGN) ke-11 di Markas Besar PBB, New York, AS, tanggal 7-18 Agustus 2017. Penamaan pulau itu menambah daftar pulau di Indonesia menjadi 16.056 yang telah dilengkapi informasi nama pulau, koordinat, dan lokasi."Pemerintah daerah perlu secara jeli melihat potensi pulau kecil sebagai aset pembangunan. Pemanfaatan pulau-pulau kecil hendaknya berorientasi sosial, memberi manfaat ekonomi, dan memperhatikan aspek lingkungan," katanya. (FER/LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000