JAKARTA, KOMPAS — Di tengah isu melemahnya daya beli masyarakat, bisnis properti berpeluang untuk membaik. Selain indikator makro berupa suku bunga acuan yang turun serta tabungan masyarakat di bank yang naik, Rumah123.com mencatat kenaikan tren pencarian melalui internet.
"Meskipun suku bunga acuan BI tidak secara langsung berpengaruh, itu indikator yang baik. Apalagi ada isu loan to value juga akan direlaksasi lagi. Dana pihak ketiga di bank yang naik juga menjadi peluang ke depan masyarakat akan membelanjakannya untuk properti. Saya optimistis properti membaik karena indikatornya semakin banyak," kata Country General Manager Rumah123.com Ignatius Untung dalam jumpa pers, Kamis (24/8), di Jakarta. Suku bunga acuan Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo turun 0,25 persen menjadi 4,5 persen.
Selain indikator makroekonomi, lanjut Untung, pihaknya juga melihat data internal dari situs Rumah123.com yang mengalami tren kenaikan. Dari data sekunder tersebut, tercatat tren pencarian pada semester I-2017 naik 64,95 persen dibandingkan dengan semester sebelumnya. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pencarian tumbuh 48,3 persen.
Selain pencarian rumah atau hunian, Rumah123.com juga mencatat, pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) didominasi oleh mereka yang berusia 30-39 tahun. Dari rentang usia tersebut, 16,47 persen di antaranya berpenghasilan Rp 5 juta-Rp 9 juta per bulan dengan plafon kredit maksimal Rp 250 juta.
Kelas menengah
Yang menarik, lanjut Untung, ada tren mereka yang berpenghasilan besar melakukan pembelian properti di segmen kelas menengah. Tercatat 5,72 persen konsumen yang berpenghasilan di atas Rp 50 juta per bulan mengajukan kredit hanya maksimal Rp 250 juta. Kemungkinan, mereka merasa lebih aman berinvestasi di segmen menengah ke bawah sembari menunggu kondisi ekonomi dan properti membaik.
Menurut Untung, adanya iklan sebuah proyek properti yang masif dari sebuah pengembang dapat menjadi pendorong kebangkitan sektor properti secara keseluruhan.
"Orang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang bingung menaruh uang mendapat alternatif pilihan, dan tentu pengembang lainnya juga akan menyusul ikut membangun, tidak mau kalah," ujar Untung.
Namun, lanjut Untung, indikator dari data sekunder yang sudah mengarah ke perbaikan sektor properti tersebut memerlukan sentimen positif serta kepercayaan dari masyarakat.
Beberapa waktu lalu kondisi politik sangat memengaruhi kepercayaan masyarakat. Dengan pemilu tahun 2019 yang akan menjadi tahun politik, peluang perbaikan sektor properti berada di sisa tahun ini dan semester pertama 2018.
Internet
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, penggunaan internet bagi masyarakat untuk mencari informasi tentang rumah atau hunian vertikal tumbuh sangat pesat.
"Meskipun demikian, dalam membeli rumah, konsumen tetap harus mengunjungi rumah secara fisik. Jadi, internet lebih digunakan untuk mencari informasi meski belum sangat lengkap," ujar Ali. (NAD)