BANDUNG, KOMPAS — Pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi makro Indonesia. Adapun secara mikro, pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan akses distribusi barang dan jasa yang diharapkan bisa menurunkan harga barang serta membuka peluang lapangan kerja dengan harapan keluar dari kemiskinan.
”Pembangunan infrastruktur dilakukan bukan untuk gagah-gagahan, tetapi dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bila ekonomi terus bertumbuh, Indonesia bisa menjadi negara maju,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro saat memberikan kuliah umum di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Jumat (25/8).
Berdasarkan data Bappenas, total investasi pembangunan infrastruktur 2017 yang senilai Rp 126,8 triliun dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 146,9 triliun. Artinya, ada surplus keuntungan yang diperoleh Indonesia Rp 20,1 triliun. Selain itu, pembangunan infrastuktur itu juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 1,06 persen.
Prediksi Bappenas tahun depan, total investasi pembangunan infrastruktur 2018 yang senilai Rp 157,8 triliun dan memberikan nilai tambah sebesar Rp 186,4 triliun sehingga tercipta surplus Rp 28,6 triliun. Pembangunan infrastruktur itu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 1,28 persen.
Secara mikro, lanjut Bambang, pembangunan infrastruktur berdampak pada peningkatan produktivitas, penurunan beban produksi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan akses pemasaran.
”Target utamanya adalah keluar dari kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Bambang.
Terus dipercepat
Bambang mengatakan, pembangunan infrastruktur Indonesia harus terus dipercepat. Sebab, berdasarkan data Executive Opinion Survei yang dirilis World Economic Forum 2016, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-4 dengan infrastruktur terbaik di Asia Tenggara di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Masih berdasarkan hasil survei itu, belum majunya infrastruktur juga menjadi salah satu dari tiga alasan teratas yang penghambat memulai berusaha di bawah korupsi dan inefisiensi.
”Untuk itulah alasan kenapa infrastruktur harus terus dipercepat pembangunannya,” ujar Bambang.