logo Kompas.id
EkonomiLikuiditas Perekonomian Tumbuh...
Iklan

Likuiditas Perekonomian Tumbuh Lambat

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Likuiditas perekonomian atau uang beredar pada Juli 2017 tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Kontraksi operasi keuangan pemerintah, pertumbuhan kredit, dan masyarakat yang cenderung menunda konsumsi memengaruhinya.Bank Indonesia (BI) mencatat posisi uang beredar pada Juli 2017 sebesar Rp 5.166,4 triliun, tumbuh 9,2 persen selama setahun. Penyaluran kredit yang tumbuh, tetapi belum optimal juga berpengaruh terhadap pertumbuhan uang beredar. Penyaluran kredit pada Juli 2017 tercatat sebesar Rp 4.494 triliun, tumbuh 7,9 persen setahun. Bulan sebelumnya, kredit tumbuh 7,6 persen setahun.Kredit modal kerja (KMK) tercatat sebesar Rp 2.077,3 triliun atau tumbuh 7,5 persen setahun. Adapun kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh 6,2 persen dan 10,1 persen setahun. Penyaluran kredit tersebut didominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran, konstruksi, keuangan, real estate, jasa perusahaan, dan properti.Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, kepada Kompas, Jumat (1/9), mengatakan, likuiditas perekonomian tumbuh lambat memang karena ada kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat. Dana hasil penerbitan obligasi global pemerintah juga belum masuk ke sektor riil.Dari sisi kredit, pertumbuhannya cenderung masih lemah. Hal itu mengindikasikan permintaan kredit dari masyarakat dan korporasi masih terbatas. "Hal tersebut juga didorong konsumsi masyarakat yang cenderung tumbuh flat yang mengakibatkan belum adanya kenaikan permintaan kredit oleh korporasi atau sisi produksi," katanya.Josua mengatakan, untuk mendorong sisi permintaan perekonomian pemerintah, stimulus fiskal sangat diperlukan. Salah satunya dengan mempercepat realisasi penyerapan belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khususnya dana transfer ke daerah dan dana desa.Kebijakan fiskal itu melangkapi pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan BI bulan lalu. Kedua kebijakan akan meningkatkan pendapatan riil masyarakat dan menopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga.Potensi kreditDi tengah perlambatan kredit, perbankan terus mencari celah untuk menyalurkan kredit. Sektor-sektor minim risiko dan program-program pemerintah menjadi target. Direktur Konsumer Banking PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo mengatakan, perubahan pola konsumsi masyarakat di sektor ritel berimbas ke kredit konsumer. Hal itu terutama berdampak pada pertumbuhan kredit pemilikan rumah dan kartu kredit."Di sisi lain, pola belanja masyarakat untuk berwisata naik. Untuk meningkatkan penyaluran kredit konsumer, upaya BNI antara lain mendukung program sejuta rumah pemerintah dan bekerja sama dengan biro-biro perjalanan," katanya.Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyalurkan KMK senilai Rp 300 miliar kepada PT Permodalan Nasional Madani untuk membiayai usaha peserta program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Pembiayaan ini menopang keberlanjutan usaha peserta Mekaar yang mayoritas adalah ibu rumah tangga.Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sulaiman A Arianto mengatakan, Bank Mandiri akan memfasilitasi rekening tabungan tanpa biaya administrasi agar dapat membantu pengelolaan keuangan. Bank Mandiri juga berkomitmen meningkatkan penyaluran kredit bagi sektor yang selama ini belum menikmati akses pembiayaan dari perbankan. (HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000