JAKARTA, KOMPAS — Penerapan bioteknologi pada pertanian Indonesia berpeluang untuk meningkatkan keuntungan. Keuntungan itu dapat dicapai karena penerapan bioteknologi pada benih membuat petani tidak perlu lagi menggunakan lahan yang luas serta pestisida.
Direktur Indonesian Biotechnology Information Center (Indobic) Bambang Purwantara mencontohkan benih tanaman yang sudah direkayasa benihnya. ”Misalnya benih jagung yang tahan hama serangga. Sampai panen pun, petani tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pestisida,” katanya.
Graham Brookes, peneliti dari PG Economics Ltd, Inggris, mengatakan, penggunaan pestisida menurun sebanyak 619 juta kilogram dalam 20 tahun terakhir. Data ini diperoleh dari riset kumulatif yang dia lakukan.
Graham juga mempresentasikan penelitiannya dari tahun 1996 sampai 2015 pada sejumlah negara maju dan berkembang. ”Kalau negara-negara ini tidak menggunakan bioteknologi pada pertanian, dunia membutuhkan tambahan lahan seluas 19,5 hektar. Namun, tambahan itu tidak diperlukan karena penerapan bioteknologi itu,” tuturnya.
Peluang ekonomi penerapan bioteknologi pada pertanian ini didiskusikan di Jakarta, Senin (11/9). Diskusi diselenggarakan oleh Indobic dan dihadiri Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Ignatia Maria Honggowati. (DD09)