Inovasi Digital Didorong Menjadi Penggerak Ekonomi
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inovasi dan kreativitas berbasis digital diharapkan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perusahaan rintisan (startup) yang mengembangkan teknologi ini dapat melengkapi ruang yang belum terjamah usaha finansial konvensional.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, ekonomi digital yang dilakukan perusahaan teknologi finansial (tekfin atau fintech) dapat menjadi suntikan energi baru bagi perekonomian Indonesia yang sedang lesu.
Dalam acara forum Kafe BCA 7 yang diadakan di Menara BCA, Rabu (13/9), Faisal memaparkan, Indonesia berada di posisi ke-62 data dalam peringkat kesiapan masa depan (future readiness) menurut International Institute for Management Development (IMD). Peringkat itu masih di bawah negara-negara ASEAN lain, seperti Malaysia (peringkat ke-27), Filipina (43), dan Thailand (45).
Faisal menjelaskan, inovasi digital berpotensi meningkatkan perekonomian karena mayoritas penduduk Indonesia berusia muda, pertumbuhan kelas menengah meningkat pesat, dan penduduk semakin bergeser ke kota. Adanya mayoritas penduduk muda menjadikan Indonesia lebih terbuka pada perkembangan teknologi. Bertambahnya kelas menengah dan bergesernya penduduk ke kota berarti ada potensi konsumsi yang bertambah di masyarakat.
Nilai tambah
Direktur BCA Henry Koenaifi menambahkan, setiap orang bisa menjadi pelaku usaha rintisan berbasis digital dengan mengandalkan teknologi. Namun, tidak semua memiliki ide bisnis yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat dan memberikan keuntungan ekonomis untuk kesinambungan usaha.
”Tekfin memiliki kelenturan dalam bisnis. Wirausaha bisa mati kalau birokrasi terlalu menekan. Ada hal yang tidak mampu kami lakukan karena terbentur aturan sehingga tekfin ingin kami ajak bekerja sama,” ucap Henry. Ia melanjutkan, tekfin juga memiliki hal positif, seperti melibatkan orang-orang di area terpencil dalam era digital.
Wakil Presiden Teknologi Informasi BCA Hermawan Thendean mengatakan, tekfin seharusnya tidak menjadi ancaman. Dia memberi contoh, BCA telah meluncurkan application program interface (API) yang memungkinkan pelaku tekfin dan e-dagang terkoneksi dengan layanan perbankan BCA. Ada berbagai informasi yang dapat digunakan, seperti transfer, mutasi rekening, dan lokasi ATM.
Selama ini, tekfin banyak bergerak dalam layanan pembayaran, peminjaman, penggalangan dana, dan sebagainya. Namun, peran mereka dalam perbankan masih terbatas. ”Daripada jalan sendiri-sendiri, kenapa tekfin dan bank tidak berkolaborasi? Kalau modal, brand, nasabah, pengalaman, dan keamanan bank digabungkan dengan kemudahan layanan tekfin, itu bisa memenuhi banyak kebutuhan nasabah,” kata Hermawan.
Dalam acara itu, hadir juga Direktur Ninja Xpress Indra Wiralaksmana dan CEO DailySocial.id Rama Mamuaya. Mereka mengemukakan beberapa kiat bertahan bagi perusahaan rintisan. Indra bercerita Ninja Xpress juga masih sering gagal. Yang terpenting dalam bisnis ini adalah keberanian, fokus, dan terus memikirkan inovasi berikutnya.
Rama lebih menekankan untuk menerima kegagalan dan membedakan apa yang dapat berjalan dan apa yang tidak. Selain itu, dia juga mengatakan untuk tidak perlu menunggu dan berharap banyak kepada pemerintah, tetapi terus berjalan sendiri. (DD02)