Asing Lebih Aktif di Usaha Rintisan
JAKARTA, KOMPAS — Kemunculan usaha rintisan bidang teknologi seharusnya mendorong investor dan lembaga pembiayaan lokal untuk terlibat dengan menyuntikkan dana. Namun, sampai sekarang belum banyak pemodal dalam negeri berperan aktif membantu.
Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Start Up Indonesia (AMVESINDO) Jefri R Sirait yang dihubungi Kompas, Rabu (13/9), di Jakarta, mengatakan, investor asing justru lebih banyak menaruh minat untuk berinvestasi di perusahaan rintisan Indonesia. Di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia termasuk sebagai target strategis bagi investor.
"Secara pendanaan Indonesia terus tumbuh dan berada di urutan kedua di tingkat regional Asia Tenggara. Peringkat pertama adalah Singapura. Negara ini memang lebih matang di bidang industri pendanaan usaha rintisan bidang teknologi," ujarnya.
Mengutip Techcrunch, laman berita tentang usaha rintisan dan teknologi, Tokopedia disebut telah mengumpulkan sekitar 248 juta dollar AS dari investor, termasuk SoftBank dan Sequoia Capital. Sementara Alibaba menyuntikkan 1 miliar dollar AS ke Lazada tahun lalu dalam rangka memperoleh pijakan yang lebih kuat dalam industri perdagangan elektronik atau e-dagang di Asia Tenggara.
Investasi dari sejumlah investor asing itu menunjukkan perusahaan teknologi digital internasional turut menaruh perhatian ke Indonesia, seperti JD yang sudah mendirikan kantor di Jakarta.
Selain iklim investasi yang nyaman, kata Jefri, tantangan mendasar yang dihadapi saat ini adalah pajak dan edukasi bagi investor atau modal ventura lokal. Di luar negeri, seperti Jepang dan Singapura, investor lokal justru aktif menyuntikkan dana kepada perusahaan baru di negaranya sendiri, lalu melebarkan sayap ke luar.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan triwulan I-2017, ada 61 perusahaan modal ventura dengan nilai pembiayaan atau penyertaan sebesar Rp 6,22 triliun. Dilihat dari jenis usahanya, sektor perdagangan, restoran, dan hotel mendominasi seluruh pembiayaan atau penyertaan yang disalurkan perusahaan modal ventura. Porsi dana penyertaan untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran sekitar 44,93 persen dari atau Rp 2,8 triliun.
"Untuk bisa berprestasi di internasional, perusahaan rintisan bidang teknologi harus memiliki solusi kreatif yang dibutuhkan masyarakat di sekitarnya," kata Jefri.
Mengubah dunia
Sementara itu, perusahaan aplikasi layanan berdasarkan permintaan, PT Go-Jek Indonesia (Go-Jek), masuk dalam daftar 50 Perusahaan yang Mengubah Dunia versi Fortune. Go-Jek yang menempati peringkat 17 ada di dalam daftar itu bersama JP Morgan Chase (peringkat 1), DSM (peringkat 2), Apple (peringkat 3), Unilever (peringkat 21), dan Microsoft (peringkat 25). Go-Jek menjadi satu-satunya perusahaan dari Asia Tenggara.
Daftar Perusahaan yang Mengubah Dunia diberikan kepada perusahaan yang berhasil memberikan dampak sosial melalui strategi bisnis utamanya. Laman Fortune menyebutkan, daftar itu diprioritaskan bagi perusahaan dengan pendapatan tahunan di atas 1 miliar dollar AS.
Fortune bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam menetapkan kandidat, di antaranya FSG, Shared Value Initiative, dan Profesor Michael E Porter dari Harvard Business School. Penilaian utamanya adalah dampak sosial yang berhasil diciptakan perusahaan. Adapun penilaian lain berupa nilai bisnis dan tingkat inovasi.
Pendiri dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam keterangan pers mengatakan, pencapaian ini merupakan hasil dari kolaborasi banyak pihak yang terus mendukung Go-Jek. Nadiem berterima kasih kepada ratusan ribu mitra pengemudi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan talenta internal yang terus berinovasi memberikan layanan terbaik bagi pelanggan.
"Kategori penilaian yang diberikan sesuai dengan pilar utama Go-Jek, yaitu dampak sosial, kecepatan, dan inovasi. Kami berharap bisa terus menghadirkan solusi berbasis inovasi dan teknologi kepada Indonesia," kata Nadiem.
Berdasarkan data dari Startupranking.com, Indonesia merupakan negara dengan jumlah usaha rintisan terbanyak ketiga, yakni memiliki 1.524 usaha rintisan. Menurut laman itu, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah usaha rintisan terbanyak, yakni 35.146 usaha. Adapun India memiliki 3.797 usaha rintisan.
(MED)