Dunia Usaha Perlu Sinergi dengan Riset Teknologi
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan dunia usaha dan pelaku industri perlu bersinergi dan bekerja sama dengan periset di bidang teknologi informasi dan komunikasi agar tidak tertinggal. Sebab, teknologi berkembang cepat dan terkait dengan berbagai sektor, termasuk industri.Hal itu dikatakan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Telematika, Penyiaran, dan Riset Teknologi Ilham Akbar Habibie, seusai penandatanganan nota kesepahaman Kadin Indonesia dengan PT Global Solusi Komunikasi terkait penyelenggaraan konferensi Comsnets di Jakarta, Kamis (14/9). Comsnets didirikan profesional dan ahli teknologi informasi dan komunikasi, yang berkembang menjadi Asosiasi Comsnets. Asosiasi ini antara lain mempertemukan pakar di sektor teknologi informasi dan komunikasi untuk berbagi penelitian teknologi terbaru dengan perwakilan industri, pemerintah, dan kalangan akademisi. Konferensi Comsnets Indonesia 2017 akan diselenggarakan di Jakarta, 5-6 Oktober mendatang. "Industri harus mulai memperhatikan perkembangan teknologi yang ada dan di masa mendatang," kata Ilham. Industri yang tidak memperhatikan perkembangan teknologi dan riset akan tertinggal. Ketua Komite Tetap Penyelenggara Jaringan Kadin Indonesia Sarwoto Atmosutarno mengatakan, Comsnets diadakan reguler di India dan Amerika Serikat. Merek dagang Penggunaan merek dagang secara intensif di lima negara ASEAN membuktikan, merek dagang memperluas lapangan kerja di berbagai sektor dan berkontribusi positif pada perdagangan internasional. Fakta ini muncul dari studi yang dilakukan Asosiasi Merek Dagang Internasional (International Trademark Association/INTA) di Jakarta, Kamis.Chief Representative INTA untuk Asia Pasifik Seth Hays mengatakan, studi mengenai nilai tambah merek dagang ini dilakukan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. "Kami memilih lima negara ini karena gabungan ekonomi mereka menyumbang 90 persen dari produk domestik bruto masyarakat ASEAN," kata Seth.Data 2012-2015 menunjukkan, industri di Indonesia yang secara intensif menggunakan merek dagang telah berkontribusi 21 persen terhadap PDB dan 51 persen kontribusi secara tidak langsung melalui jalur rantai pasok. (FER/ARN)