logo Kompas.id
EkonomiBijak Menggunakan Uang...
Iklan

Bijak Menggunakan Uang Elektronik

Oleh
· 2 menit baca

Bank Indonesia dan pemerintah memiliki program mendorong penggunaan nontunai untuk berbagai transaksi pembayaran. Pembayaran transaksi dapat dilakukan menggunakan berbagai fasilitas, seperti kartu kredit, kartu debit, atau uang elektronik. Menurut laman BI, uang elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetorkan terlebih dahulu. Bagi BI, uang elektronik akan memangkas beberapa biaya yang digunakan untuk memproduksi serta mengedarkan uang kertas dan uang logam. Biaya produksi dan distribusi uang pecahan kecil bisa jadi lebih tinggi dibandingkan nilai intrinsiknya. Belakangan, kita sebagai konsumen sulit sekali menemukan uang pecahan Rp 25, Rp 50, dan Rp 100. Padahal, ketika bertransaksi, tetap terbuka kemungkinan kita memerlukan uang pecahan kecil itu. Dengan uang elektronik, transaksi yang mengandung nilai uang pecahan kecil, seperti Rp 10.125 tetap dibayar tepat sejumlah itu, tanpa kekhawatiran konsumen tidak ada kembalian atau transaksi dibulatkan ke atas menjadi Rp 10.200. Dengan uang elektronik, rupiah dimanfaatkan dengan maksimal.Uang elektronik juga lebih praktis karena konsumen tidak perlu membawa uang tunai. Cukup membawa satu kartu, keperluan berbagai pembayaran dapat dipenuhi. Di sisi lain, kepraktisan ini juga berisiko. Untuk uang elektronik yang tidak mensyaratkan registrasi, maka kartu tidak dapat diblokir. Saat kartu hilang, uang di dalamnya pun bisa hilang. Jadi, sebaiknya dana pada uang elektronik secukupnya saja. Beberapa bank membatasi dana yang tersimpan maksimal Rp 1 juta per kartu uang elektronik. Jadi, kehati-hatian tetap harus diutamakan. Perlu diingat, uang elektronik bukan tabungan, melainkan alat pembayaran. Bank tidak memberikan bunga atas dana yang kita simpan di uang elektronik. Uang elektronik ini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengatur keuangan, melalui penggunaannya untuk membayar biaya transportasi dan berbelanja. Dengan demikian, pengeluaran untuk pos-pos tersebut dapat lebih terukur. Kita dapat mengalokasikan pengeluaran tersebut ke dalam uang elektronik. Jika saldo pada uang elektronik habis sebelum waktunya, berarti ada kelebihan pengeluaran. Konsekuensinya, harus diambil dari pos pengeluaran lain sehingga pengeluaran lain harus dikurangi. Uang elektronik juga dapat digunakan untuk mengendalikan pengeluaran, seperti diberikan kepada sopir untuk membeli bahan bakar minyak atau diberikan kepada asisten rumah tangga untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan yang akan dibeli sudah dianggarkan sehingga pengeluaran dapat lebih mudah dikendalikan. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan, uang elektronik dapat digunakan dengan lebih maksimal. (Joice Tauris Santi)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000