JAKARTA, KOMPAS — Penurunan suku bunga kredit tidak membuat pengusaha tertarik untuk mengajukan kredit, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah, atau UMKM. Penjualan yang cenderung menurun menjadi alasan bagi pengusaha UMKM tidak mengajukan kredit karena khawatir tak mampu membayar pinjaman.
Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) cenderung menurun sejak awal tahun 2016. Setelah bertahan di 4,75 persen dalam 10 bulan terakhir, Agustus lalu BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen. Turunnya suku bunga dapat membuka kesempatan pengusaha, terutama UMKM, untuk mengajukan kredit lebih murah.
Meskipun begitu, tidak semua pengusaha tertarik untuk mengajukan kredit usaha saat ini, terutama UMKM. Hasil penjualan yang terlalu bergantung pada satu jenis usaha saja memengaruhi mereka guna mengambil keputusan untuk mengembangkan usaha. Meraka beranggapan, meminjam uang di bank saat penjualan menurun terlalu berisiko karena takut tidak sanggup membayar kredit saat hasil penjualan tidak menutupi biaya produksi.
Ita Hasyim (40), pengusaha media tanam di daerah Palmerah, Jakarta, masih enggan mengajukan kredit di bank untuk mengembangkan usahanya walaupun ia tahu suku bunga sedang turun meskipun dulu pernah menggunakan kredit dari bank. Mahalnya harga barang dan jumlah pembeli yang tidak sebanyak dulu membuatnya khawatir tidak bisa membayar kredit.
”Saya pernah mengambil kredit untuk usaha Rp 500 juta dari Bank DKI tahun 2009 karena saat itu pasar media tanam lagi ramai-ramainya. Tahun 2010, penjualan per minggu sampai Rp 5 juta. Sekarang, untuk mendapatkan Rp 3 juta seminggu saja susahnya minta ampun,” ujar pemilik Usaha Dagang (UD) Karya Tani ini.
Saat ini, Ita tidak pernah lagi menghasilkan lebih dari Rp 20 juta, dan per tahun hanya memperoleh sekitar Rp 200 juta. Karena itu, ia tidak mau lagi mengambil kredit walaupun banyak petugas bank yang menawarkan kepadanya.
Jani (35), pengusaha kayu dan furnitur di Lenteng Agung, Jakarta, mengeluhkan hal yang sama. Harga bahan-bahan produksi sedang meningkat, tetapi jumlah pembeli menurun. Ia tidak mau mengambil risiko dan lebih memilih menurunkan volume produksinya. Jani menyebutkan, meskipun sudah banyak yang menawarkan kredit, dirinya tidak mau mengambilnya. (DD12)