JAKARTA, KOMPAS — Jakarta diwarnai dua aksi dengan mengambil momentun Hari Tani Nasional, Senin (25/9). Aksi yang berada di Jalan Medan Merdeka Barat ini diprakarsai oleh Front Pembela Rakyat dan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia.
Meskipun sama-sama memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh setiap 24 September, kedua massa tersebut memilih lokasi yang berbeda. Front Pembela Rakyat (FPR) berunjuk rasa di depan gerbang barat laut Monas, seberang Istana Merdeka. Adapun Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berunjuk rasa di depan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
FPR menuntut penolakan program Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial. Mereka menganggap program itu sebagai bentuk perampasan dan monopoli lahan dengan skema reformasi tersebut. FPR menginginkan penurunan pajak dan sewa tanah yang mencekik petani.
”Kami juga menuntut ganti rugi atas kasus klaim dan penggusuran lahan di Taman Nasional Gunung Rinjani dan perampasan tanah serta pembakaran rumah Suku Anak Dalam di Jambi,” ujar Muhammad Ali, Sekretaris Jenderal Aliansi Gerakan Reforma Agraria. Ia menambahkan, aksi yang sama berlangsung di 18 provinsi.
Berbeda dengan FPR, BEM SI lebih menuntut pada komitmen pemerintah untuk menyejahterakan petani. ”Kami juga menuntut adanya swasembada pangan yang dulu pernah dikampanyekan oleh Presiden Jokowi. Kami tidak melihat itu hingga saat ini,” kata Muhammad Ardi (22), koordinator aksi BEM SI.
Polisi tampak berjaga di sekitar aksi unjuk rasa. Beberapa polisi tampak membawa tongkat panjang dan sesekali sebagian personel bergerak bergantian memantau kedua aksi yang berdekatan itu.
”Kami menurunkan 200 personel yang terdiri dari Sabhara dan Brimob untuk aksi FPR dan 80 personel di aksi BEM SI. Tidak ada kendala, semuanya aman dan kooperatif,” ujar Kepala Bagian Operasi Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Asfuri. (DD12)