Industri Pengalengan Keluhkan Kesulitan Bahan Baku
JAKARTA, KOMPAS — Industri pengalengan mengeluhkan suplai bahan baku yang tersendat. Pasokan bahan baku lokal masih minim, sekalipun hasil tangkapan ikan di sejumlah tempat dikabarkan berlimpah.Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (27/9), mengemukakan, minimnya pasokan tuna, cakalang, dan lemuru yang merupakan bahan baku industri pengalengan ikan mengakibatkan usaha itu makin sulit bersaing.Realisasi produksi industri pengalengan ikan nasional saat ini rata-rata 25-30 persen dari kapasitas terpasang. Kondisi terparah berlangsung di pabrik pengalengan ikan Bitung dengan realisasi produksi hanya 9 persen dari kapasitas terpasang. Sementara itu, arus impor bahan baku ikan terus turun. Pada Januari-Agustus 2017, impor ikan cakalang 2.592,39 ton atau 1 persen dari kapasitas terpasang pabrik, sedangkan impor lemuru untuk pabrik sarden hanya 31.512,56 ton atau 13,4 persen dari kapasitas terpasang. "Impor ikan bukan solusi. Dengan impor minim, tidak ada jalan selain memperkuat pasokan ikan lokal ke pabrik pengolahan," katanya. Masalahnya, suplai dari nelayan lokal minim dengan kualitas yang kerap tidak memenuhi standar industri. Sebagian kapal lokal berukuran kecil, di bawah 30 GT, dengan sarana pendingin belum memadai. Padahal, bahan baku pengolahan mensyaratkan keamanan pangan dan jaminan mutu. Pihaknya berharap pemerintah segera mendorong modernisasi dan teknologi, serta memetakan suplai, produksi, dan musim sebagai acuan perusahaan untuk mencari bahan baku ikan. Direktur Jenderal Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo mengatakan, industri pengolahan, khususnya pengalengan, memang menurun. Pabrik pengalengan harus berproduksi 24 jam, sedangkan sumber daya ikan bergantung musim. Sementara Dirjen Perikanan Tangkap KKP Sjarief Widjaja mengatakan, diperlukan perubahan bisnis model industri pengolahan ikan. Usaha pengolahan ikan perlu bermitra dengan nelayan atau kapal penangkapan ikan lokal. (LKT)