logo Kompas.id
EkonomiLiterasi Masih Jadi Kendala
Iklan

Literasi Masih Jadi Kendala

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Tingkat literasi keuangan rata-rata nasional yang baru mencapai 29,7 persen menjadi kendala karena tak sebanding dengan indeks inklusi sebesar 67,8 persen. Ini menyebabkan masyarakat Indonesia rentan penipuan produk jasa keuangan, salah satunya adalah investasi ilegal."Artinya masih banyak masyarakat yang memiliki akses, tetapi tidak tahu produk keuangan yang dia akses. Justru ini berisiko," ujar anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Tirta Segara, di Jakarta, Rabu (4/10).Literasi keuangan di Jawa relatif baik. Indeks literasi di DKI Jakarta mencapai 40 persen, Yogyakarta (38,5 persen), Banten (38,2 persen), Jawa Timur (35,6 persen), Jawa Tengah (33,5 persen), dan Jawa Barat (33 persen). Menurut Tirta, literasi keuangan seharusnya merata karena penipuan produk dan jasa keuangan juga terjadi sampai Indonesia bagian timur, yang umumnya masih memiliki indeks literasi di bawah rata-rata nasional.Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas Tarihoran mengatakan, masih ada 20 provinsi yang indeks literasinya berada di bawah rata-rata nasional. Contohnya adalah Maluku dengan 26,2 persen, Maluku Utara (27,3 persen), Papua (22,2 persen), Nusa Tenggara Barat (21,5 persen), dan Nusa Tenggara Timur (28 persen).Menurut Horas, inklusi keuangan memang meningkat dari 59,7 persen pada 2013 menjadi 67,8 persen pada 2016. Namun, tidak sebanding dengan peningkatan literasi keuangan dari 21,8 persen menjadi 29,7 persen."Kenaikan inklusi terjadi karena adanya BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan yang biasa digunakan oleh karyawan, bukan dari peningkatan jumlah penggunaan produksi jasa keuangan lainnya," kata Horas.Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nicky Hogan mengatakan, seharusnya masyarakat tidak mudah percaya investasi ilegal yang menawarkan keuntungan tinggi dengan waktu yang singkat. Dalam investasi, tidak ada yang instan. Sebelum berinvestasi, masyarakat juga harus mengecek legalitas perusahaan tersebut di OJK.Fenomena investasi ilegal akhir-akhir ini telah menurunkan minat masyarakat untuk berinvestasi. Padahal, BEI sedang gencar mengajak masyarakat terlibat di pasar modal. "Tentunya merugikan, lebih-lebih merugikan masyarakat. Kami tak ingin masyarakat trauma terhadap investasi. Padahal, itu bukan investasi, itu penipuan," ujarnya.Saat ini jumlah investor di BEI sekitar 600.000. Pada 2017 ditargetkan ada 630.000 investor aktif. Kepala Divisi Kebijakan dan Pengembangan Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sony Harsono mengatakan, BRI menargetkan semua nasabah yang ditangani akan mendapatkan literasi keuangan. "Ada 108.861 agen Laku Pandai yang bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia," ujar Sony.Kerja samaSementara itu, Jurnal.id bekerja sama dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk menawarkan kemudahan bagi usaha kecil dan menengah dalam mengelola sistem pembukuan melalui perangkat lunak berbasis komputasi awan. Dengan sistem ini, pengguna diharapkan memperoleh tata keuangan yang baik sehingga bisa mengembangkan bisnis secara optimal.Sistem yang disebut Cash Link ini merupakan fitur terbaru bagi pelanggan Jurnal.id yang mulai beroperasi September 2017. Deputy Chief of Transaction Banking CIMB Niaga Andrew Suhandinata mengatakan, selain kemudahan dalam proses pembukuan, pelanggan bisa lebih mudah mendapatkan persetujuan dari bank saat pengajuan peminjaman. Chief Operating Officer Jurnal.id Anthony Kosasih mengatakan, UKM merupakan target pasar yang tepat dalam pengaplikasian sistem Cash Link. (DD18/DD12/DD04)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000